Jumat, 16 Desember 2011

MENGUKUR BESAR POPULASI


MENGUKUR BESAR POPULASI

                                           I. TUJUAN
Untuk mengetahui besar populasi kupu-kupu di taman penangkaran kupu-kupu dengan menggunakan metode capture recapture

                                        II. LANDASAN TEORI
Populasi merupakan kelompok organisme sejenis yang hidup dan berbiak pada daerah tertentu (Resosoedarmo dkk,1986). Sebuah populasi tentu mempunyai karakteristik yang membedakan dengan populasi – populasi lainnya, salah satunya adalah densitas (kerapatan atau kepadatan) populasi.
Kerapatan atau kepadatan populasi adalah ukuran besar populasi berhubungan dengan satuan ruang, yang umumnya diteliti dan dinyatakan sebagai cacah individu atau biomassa per satuan luas atau per satuan isi.
Salah satu cara pengukuran kerapatan mutlak ialah dengan menggunakan metode cuplikan (sample) untuk memperkirakan seluruh populasi. Diantaranya dengan metode capture recapture (tangkap-beri tanda-lepaskan-tangkap lagi). Metode ini dikategorikan menjadi 2. Yaitu recapture untuk populasi tertutup dan populasi terbuka. Populasi tertutup merupakan sebuah populasi satwa yang tertutup dari factor tambahan (kelahiran dan imigrasi) dan factor pengurangan (kematian dan emigrasi) atau populasi dianggap konstan selama waktu penelitian.
Dalam metode capture recapture menghadapkan 3 anggapan. Antara lain :
1.                   Hewan – hewan yang ditandai dan yang tidak ditandai ditangkapnya secara acak
2.                   Hewan yang ditandai memiliki kemungkinan sama terhadap laju mortalitas seperti hewan yang tidak ditandai.
3.                   Tanda jangan sampai hilang atau terlampui tidak diperhatikan.

Pada captur recapture kali ini kelompok kami akan melakukan terhadap kupu-kupu pada daerah penagkaran kupu-kupu. Kupu-kupu merupakan serangga yang melakukan pepohonan.siang kupu-kupu makin aktif terbang dan melakukan aktivitas mencari makan dan berproduksi. Kegiatan mencari makan dilakukan sendiri-sendiri tetapi sering tampak kupu-kupu jantan dan batina terbang berpasangan dan pada saatnya akan melakukan kopulasi.
Selanjutnya induk kupu-kupu akan meletakkan telurnya pada tumbuhan inangnya. kupu-kupu yang rentang sayapnya kecil akan terbamg rendah antara 10 cm- 2 m. Sedangkan kupu-kupu yang rentang sayap lebih besar terbang lebih tinggi sampai ± 10 m. Pada kegiatan mencari makan, kupu-kupu akan hinggap pada bunga-bunga dan menjulurkan probosisnya.
Kupu-kupu merupakan salah satu jenis serangga yang paling indah di muka Bumi. Keindahannya bahkan kerap menjadi inspirasi bagi beragam karya seni mulai dari puisi, lagu, maupun karya lukis. Keberadaan kupu-kupu juga kerap menjadi bioin-dikator yang menandai apakah sebuah ekosistem masih terjaga dengan baik atau tidak."Dalam sebuah siklus kehidupan, kupu-kupu berperan sebagai bioindi-kator. Keberadaan kupu-kupu bisa menjadi indikasi suatu ekosistem apakah masih baik atau tidak, rusak atau tidak," tutur pemerhati kupu-kupu dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Djunijanti Peggie.
Indikasi tenaganya ekosistem di wilayah tertentu, tambah dia, bisa dikaitkan dengan keberadaan tanaman yang akan dipilih kupu-kupu untuk menjadi inang atau induk dari ulat-ulat, yang dalam proses metamorfosis nantinya berubah menjadi kupu-kupu.
Intinya, kupu-kupu ini tidak akan membiarkan ulat-ulat mereka tumbuh dan bermetamorfosis menjadi kupu-kupu tanpa ada makanan. Karena itu, tanaman yang dijadikan inang juga tidak bisa sembarangan. Dan biasanya, jenis tanaman yang dijadikan inang akan disesuaikan dengan jenis kupu-kupu tersebut, misal dari jenis Aris-tolochia yang hanya memakan jenis tanaman merambat seperti sirih.Dengan pola seperti ini, jika kondisi lingkungan atau ekosistem telah rusak, yaitu tanaman yang dijadikan inang mengalami kerusakan, bisa dipastikan kupu-kupu akan mencari tempat lain untuk meletakkan telur mereka.
Tidak hanya terkait dengan keberadaan tanaman inang untuk ulat-ulat, ketersediaan makanan bagi kupu-kupu dewasa, yakni nektar dari bunga-bunga juga menjadi pertimbangan. "Intinya lebih pada inang untuk ulat yang menjadi pertanda ekosistem masih terjaga.
Keberadaan kupu-kupu bisa menjadi indikasi suatu ekosistem apakah masih baik atau tidak, rusak atau tidak.Indikasi tenaganya ekosistem di wilayah tertentu, tambah dia, bisa dikaitkan dengan keberadaan tanaman yang akan dipilih kupu-kupu untuk menjadi inang atau induk dari ulat-ulat, yang dalam proses metamorfosis nantinya berubah menjadi kupu-kupu. Dan biasanya, jenis tanaman yang dijadikan inang akan disesuaikan dengan jenis kupu-kupu tersebut, misal dari jenis Aris-tolochia yang hanya memakan jenis tanaman merambat seperti sirih. Belum lagi keberadaan predator bagi kupu-kupu seperti burung, termasuk juga keberadaan para pemburu kupu-kupu, terutama kupu-kupu dengan spesies tertentu yang banyak diburu kolektor karena keindahan warnanya.
Pada dasarnya penangkaran kupu-kupu sebenarnya tidak berbeda jauh dengan peternakan hewan lainnya; yakni hewan yang dipelihara sampai mencapai ukuran tertentu untuk dimanfaatkan atau dijual. Hanya, para penangkar satwa liar indah ini sering merasa adanya unsur seni, apalagi saat menonton kupu-kupu segar menetas dari kepompong dan mengeringkan sayapnya menjelma bagaikan permata terbang. Tentu, persyaratan menjadi penangkar kupu-kupu akan berbeda dengan persyaratan menjadi peternak hewan besar.

Sebelum mulai, perlu dijelaskan kegunaan kupu-kupu, yang pada dasarnya ada dua. Yang pertama yaitu sebagai kupu-kupu mati yang kemudian diopset (diawetkan) untuk menjadi bahan hiasan jenis bingkisan dan segalanya, atau sebagai obyek bagi pakar atau pemuda yang gemari mengoleksi kupu-kupu. Walaupun sebagian besar kupu-kupu untuk kebutuhan ini disediakan melalui penangkapan di alam, namun kupu-kupu yang berasal dari penangkaran akan lebih baik dan mulus serta harga ditentukannya lebih tinggi.
Pasaran yang kedua adalah sebagai kupu-kupu hidup. Seperti halnya dengan burung yang dipelihara, dikandang sebagai obyek wisata, kupu-kupu hidup dilepas terbang bebas dalam kandang agar ditonton para tamu, terbang secara alami. Fase kupu-kupu yang diperdagangkan di pasaran ini adalah fase kepompong dimana kupu-kupu dapat dikirim ke Taman Kupu-kupu tujuannya sambil beristirihat. Di samping memiliki nilai ekonomis, penangkaran kupu-kupu juga bermanfaat sebagai sarana penelitian.

                                     III. ALAT DAN BAHAN
1.                   Jaring penangkap kupu-kupu

2.                   Stopwatch
3.                   Alat tulis
4.                   Pewarna kertas
                                     

                                     IV. LANGKAH KERJA
1.                   Lakukan penangkapan terhadap individu – individu anggota populasi (kupu-kupu)secara acak dengan cara, alat, dan waktu penangkapan yang sudah ditentukan.




2.                   Memberi  tanda pada semua individu (kupu-kupu) yang tertangkap dengan menggunakan pewarna kertas yang sudah disediakan  dan dihitung jumlahnya.
3.                   Melepaskan kembali individu – individu (kupu-kupu) yang ditangkap ke habitat semula
4.                   Biarkan beberapa saat agar individu – individu tersebut (kupu-kupu) membaur secara homogen dengan anggota populasi lainnya.
5.                   Lakukan penangkapan kembali terhadap anggota – anggota populasi secara acak dengan cara, alat dan waktu yang sama.
6.                   Ulangi  langkah – langkah tersebut (10 kali).
7.                   Hasil pengamatan dimasukkan ke dalam table berikut :
No.
N
M
1.


2.


3.


4.


5.


6.


7.


8.


9.


10.




Rata-rata






Keterangan :
N =                     M : jumlah individu yang diambil pertama kali
                                    N : jumlah individu yang seseungguhnya
                                    n  : jumlah individu yang terambil setelah ke-n
                                    m : jumlah individu yang terambil setelah ke-n dan sudah ditandai

                                        V. HASIL PENGAMATAN
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
                                     VI. PEMBAHASAN
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................


                                  VII. PERTANYAAN
1.                   Berapakah populasi kupu-kupu dipenangkaran sebenarnya?
2.                   Apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya?
3.                   Bagaimanakah kendala yang didapatkan dalam pelaksanaan dilapangan?
4.                      Apakah keadaan suatu ekosistem dapat menunjukkan kelayakan untuk berlangsungnya kehidupan mereka?

                               VIII. KESIMPULAN
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................






















TUGAS EKOLOGI II
“Lembar Kerja Siswa (LKS)”

Dosen Pengampu : Ary Susatyo Nugroho, S.Si, M.Si









Disusun oleh :
1.                    Emy Setyowati                      
2.                    Hendry Firmansyah   
3.                    Moh. Abdul W.                         
4.                    Muslikah
5.                    Sholikhul Hadi                                   
6.                    Isnayati                                      
7.                    Fattihatul nikmah                         
Kelompok Kelas 6H

Jurusan Pendidikan Biologi
Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
IKIP PGRI Semarang Tahun 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar