Waaa... udah lama gak posting
blog...!. Minggu-minggu ini pikiranku buntu, gak punya ide, jadi bingung
mau nulis apa di blog. Kegiatan setiap hari cuma netan ngulon jemput sang pacar juga belajar ngajar dan belajar
software lewat tutorial. Sekarang saya lagi baca buku
Three Cups of Tea,
kisah nyata tentang seorang pendaki gunung yang berusaha menaklukan
gunung tertinggi ke dua didunia di pegunungan Himalaya. Di tengah usaha
pendakiannya, dia tersesat dan hampir meninggal karena cuaca yang sangat
ekstrim di daerah pegunungan itu. Sampai akhirnya dia di selamatkan
oleh sekelompok orang di sebuah desa terpencil, desa yang bahkan tak
pernah dilihatnya di peta. Di desa itu dia melihat semangat belajar yang
luar biasa pada anak-anak yang tinggal di desa tersebut. Meskipun
mereka duduk melingkar, berlutut di tanah yang membeku, dalam udara nan
dingin di luar. Melihat keadaan itu dia berkata
"Aku akan membangun sebuah sekolah untuk desa ini. Aku berjanji." Tapi posting saya kali ini tidak akan membahas tentang isi buku tersebut, karena saya sendiri belum selesai membacanya.
Kali ini saya akan membahas sedikit tentang ilmu ikhlas. Beberapa hari yang lalu saya menuliskan status di facebook "
ternyata belajar ilmu ikhlas itu susah ya...".
Ternyata banyak tanggapan yang menurut saya menarik, dan saya putuskan
untuk menulisnya di blog. Ada yang menanggapinya dengan guyonan ("lebih susah lg belajar ilmu santet...wkwkwk"),
ada yang setuju sama statusku itu, ada juga yang malah memberikan
semangat, bahkan ada yang menuliskan hadist yang membahas tentang rasa
ikhlas. Dan ada juga yang mengatakan "ikhlas dengan merelakan semua yang terjadi tanpa ada komentar dan... ikhlas sulit di artikan".
Kalau menurutku komentar yang terakhir itu sebenarnya sudah menjawab
arti ikhlas itu sendiri. Merelakan semua yang terjadi / merelakan
sesuatu yang kita cintai tanpa ada komentar. Ikhlas adalah permainan
hati, jadi agak susah untuk di deskripsikan secara jelas. Dan seorang
sahabat dekat saya juga berkomentar lewat chatting, kalau ikhlas itu
kadang harus dipaksain dulu. Saya pikir bener juga. Kadang kita lebih
susah mempersiapkan diri untuk bisa ikhlas. Tetapi kalau sesuatu itu
sudah terjadi, kita akan lebih mudah untuk bisa mengikhlaskan sesuatu
tersebut.
Namun dari sekian banyak komentar, ada satu sahabat yang
mencoba menanggapinya lewat chatting, yang menurut saya paling menarik.
Bahkan terjadi perdebatan kecil tentang pembahasan ilmu ikhlas. Pertama
dia mengatakan "iya po?". Artinya dia mulai meragukan apakah benar ilmu
ikhlas itu susah. Ada dua kemungkinan di sini; 1. Dia orang yang selalu
istiqomah, sehingga bisa menguasai ilmu ikhlas dengan baik dalam keadaan
apapun. 2. Dia tidak mengerti maksud dari status saya tersebut. Saya
menulis status itu dari pengalaman saya sendiri, dan juga terinspirasi
dari film "
Kiamat Sudah Dekat".
Di film ini di ceritakan tentang seorang rocker yang mencintai putri
seorang kiai. Dalam usaha mendekati putri kiai, si rocker akhirnya
belajar agama lebih dalam bersama teman-temannya dan keluarganya. Bahkan
yang tadinya tidak bisa sholat jadi bisa sholat, yang tadinya tidak
bisa membaca Al-Qur'an jadi bisa membaca Al-Qur'an. Dan akhirnya si
rocker ini memberanikan diri untuk menemui sang kiai dan menyatakan
berniat untuk melamar putri sang kiai tersebut. Sang kiai hanya
mengatakan, "kamu harus menguasai ilmu ikhlas". Dan di akhir cerita,
akhirnya putri kiai tersebut di lamar oleh seorang lulusan universitas
di Kairo Mesir. Dan si rocker tersebut sangat sedih mendengarnya. Tapi
di dalam lubuk hatinya yang paling dalam dia merasa bahwa putri seorang
kiai memang pantas mendapatkan jodoh yang seperti itu (lulusan
universitas di Kairo Mesir). Dan dia menyatakan langsung kepada kiai
bahwa dia ikhlas melepaskan putri sang kiai untuk dinikahi oleh orang
lain yang dia anggap lebih pantas dan lebih baik daripada dirinya.
Secara tidak sadar si rocker tersebut telah menguasai ilmu ikhlas itu
dengan baik. Dan sang kiai akhirnya memilih si rocker untuk menjadi
menantunya. Saya pikir cerita ini sangat memberikan pembelajan kepada
kita tentang hakikat ilmu ikhlas. Tidak semua orang bisa menguasai ilmu
ikhlas dengan baik ketika di hadapkan pada peristiwa seperti contoh di
atas.
Kembali ke sahabat tadi yang meragukan akan susahnya ilmu
ikhlas. Kemudian sahabat saya tadi menanyakan, apakah yang di maksud
ilmu ikhlas di status saya itu tentang sedekah? Saya jawab; bukan,
sedekah menurut saya baru sebagian kecil dari ilmu ikhlas. Mendengar
jawaban saya itu sahabat saya itu protes, dia mengatakan, ada tiga
amalan yang tidak terputus, yaitu: doa anak yang sholeh, amal jariah
(sedekah), dan ilmu yang bermanfaat. Dan jawaban saya tadi seolah-olah
sangat meremehkan arti dari sedekah. Maksud dari jawaban saya tadi
_"sedekah menurut saya baru sebagian kecil dari ilmu ikhlas"_ itu
artinya bahwa banyak orang yang mudah merasa ikhlas untuk melakukan
amalan ini, _terlepas dari seberapa banyak dan seberapa sering orang
tersebut melakukan sedekah_. Ya meskipun saya yakin ada beberapa orang
yang masih berat melakukan sedekah karena penyakit kikir yang sudah
kronis, atau melakukan sedekah tetapi mengharapkan sesuatu. Saya
mengatakan sedekah baru sebagian kecil dari ilmu ikhlas karena saya
melihat sedekah ini dari sudut pandang keikhlasan ketika melakukan
amalan tersebut. Bukan meremehkan dari sudut pandang agama.
Yang saya
maksud ilmu ikhlas pada status saya di facebook tersebut itu adalah
seperti cerita di film kiamat sudah dekat yang saya ceritakan di atas,
bukan sedekah. Dan saya tidak pernah meremehkan sedekah itu dari sudut
pandang agama. Sedekah itu penting, karena sedekah termasuk amalan yang
tidak terputus.