BUDIDAYA SENGON
Budidaya sengon
diperbanyak dengan menyemaikan biji sengon. Biji sengon yang dijadikan
benih sengon harus terjamin mutunya. Benih sengon yang baik adalah benih
sengon yang berasal dari induk pohon kayu
sengon yang memiliki sifat-sifat genetik yang baik, seperti : bentuk
fisiknya tegak lurus dan tegar, tidak menjadi inang dari hama ataupun
tahan penyakit.
Ciri-ciri benih sengon yang baik yaitu :
- Kulit benih sengon bersih berwarna coklat tua
- Ukuran benih sengon maksimum
- Tenggelam dalam air ketika benih direndam
- Bentuk benih sengon masih utuh.
- Selain penampakan visual tersebut, juga perlu diperhatikan daya tumbuh dan daya hidupnya, dengan memeriksa kondisi lembaga dan cadangan makanannya dengan mengupas benih tersebut. Jika lembaganya masih utuh dan cukup besar, maka daya tumbuhnya tinggi.
Banyaknya benih sengon yang dibutuhkan suatu persemaian sengon ditentukan beberapa faktor sebagai berikut :
1. Jumlah semai sengon yang harus dihasilkaan
2. Peren perkecambahan (viabilitas) dari benih sengon yang bersangkutan.
3. Persen jadi semai sampai bibit sengon siap tanam,dan
4. Jumlah butir benih sengon tiap kg.
Untuk menghitung banyaknya benih sengon yang dibutuhkan di persemaian sengon dapat
dipergunakan rumus sebagai berikut :
V = A / B. C. D
dimana
A = Jumlah bibit sengon yang harus dihasilkan
B = Persen perkecambahan dari benih sengon yang bersangkutan
C = Persen jadi semai sampai siap tanam
D = Jumlah butir benih sengon tiap kg
V = Jumlah benih sengon yang dibutuhkan (dalam kg).
Contoh :
Persemaian sengon (Paraserianthes falcataria)
dengan jumlah bibit sengon yang harus dihasilkan 400.000 batang;
persen perkecambahan sengon 50 % persen jadi semai sampai siap ditanam
80%; jumlah butir benih sengon tiap kg = 50.000. Maka jumlah
yang dibutuhkan :
V = 400.000 / 50% x 80% x 50.000
= 20 Kg Benih sengon
Sehubungan
dengan biji sengon memiliki kulit yang liat dan tebal serta segera
berkecambah apabila dalam keadaan lembab, maka sebelum benih sengon
disemaikan, sebaiknya dilakukan treatment terhadap benih sengon tersebut
sehingga membuat daya kecambah dari benih sengon tersebut bisa
maksimal, caranya yaitu : Benih direndam dalam air panas mendidih (80 C)
selama 15 – 30 menit. Setelah itu, benih direndam kembali dalam air
dingin sekitar 24 jam, lalu ditiriskan. untuk selanjutnya benih siap
untuk disemaikan.
Keberhasilan
persemaian benih sengon ditentukan oleh ketepatan dalam pemilihan
tempat, oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa persyaratan memilih
tempat persemaian sengon sebagai berikut :
- Lokasi persemaian sengon sebaiknya ditempat yang datar atau dengan derajat kemiringan maksimum 5%,
- Memiliki sumber air yang mudah diperoleh sepanjang musim,
- Kondisi tanahnya gembur dan subur, tidak berbatu/kerikil, tidak mengandung tanah liat.
- Berdekatan dengan lokasi penanaman sengon dan jalan angkutan, guna menghindari kerusakan bibit sengon pada waktu pengangkutan.
- Untuk memenuhi kebutuhan bibit sengon dalam jumlah besar perlu dibangun persemaian sengon yang didukung dengan sarana dan prasarana pendukung yang memadai, antara lain bangunan persemaian, sarana dan prasarana pendukung, sarana produksi tanaman dll.
Tahapan Penyemaian Benih Sengon
Kegiatan
penaburan benih sengon dilakukan dengan maksud untuk memperoleh
prosentase kecambah sengon yang maksimal dan menghasilkan kecambah
sengon yang sehat. kualitas kecambah sengon ini akan mendukung terhadap
pertumbuhan bibit sengon, kecambah sengon yang baik akan menghasilkan
bibit sengon yang baik pula dan hal ini akan dapat membentuk tegakan
pohon sengon yang berkualitas.
Bahan dan alat yang perlu diperhatikan dalam kegiatan penaburan benih sengon adalah sebagai berikut :
• Benih sengon
• Bedeng tabur/bedeng kecambah sengon
• Media Tabur, campuran pasir dengan tanah 1 : 1
• Peralatan penyiraman
• Tersedianya air yang cukup
Teknik
pelaksanaan, bedeng tabur dibuat dari bahan kayu/bambu dengan atap
rumbia dengan ukuran bak tabur 5 x 1 m ukuran tinggi naungan depan 75 cm
belakang 50 cm. kemudian bedeng tabur disi dengan media tabur setebal
10 cm , usahakan agar media tabur ini bebas dari kotoran/sampah untuk
menghindari timbulnya penyakit pada kecambah sengon.
Penaburan
benih sengon pada media tabur dilakukan setelah benih sengon mendapat
perlakuan guna mempercepat proses berkecambah dan memperoleh prosen
kecambah sengon yang maksimal. Penaburaan benih sengon dilakukan pada
waktu pagi hari atau sore hari untuk menghindari terjadinya penguapan
yang berlebihan.
Penaburan
benih sengon ini ditempatkan pada larikan yang sudah dibuat sebelumnya,
ukuran larikan tabur ini berjara 5 cm antar larikan dengan kedalaman
kira – kira 2,0 cm. Usahakan benih sengon tidak saling tumpang tindih
agar pertumbuhan kecambah sengon tidak bertumpuk. Setelah kecambah
sengon berumur 7 – 10 hari maka kecambah sengon siap untuk dilakukan
penyapihan.
Langkah-langkah kegiatan penyapihan bibit sengon:
- Siapkan polybag ukuran 10 x 15 cm,
- Masukkan media tanam yang berupa campuran tanah subur, pasir dan pupuk kandang (1:1:1). Jika tanah cukup gembur, jumlah pasir dikurangi.
- Setelah media tanam tercampur merata, kemudian dimasukkan ke dalam polybag setinggi ¾ bagian, barulah kecambah sengon ditanam, setiap kantong diberi satu batang kecambah sengon.
- Polybag yang telah berisi bibit sengon, diletakkan dibawah para-para yang diberi atap jerami atau daun kelapa, agar bibit sengon tidak langsung tersengat terik matahari.
- Pada masa pertumbuhan bibit sengon kecil sampai pada saat kondisi bibit sengon layak untuk ditanam di lapangan perlu dilakukan pemeliharaan secara intensif.
Pemeliharaan yang dilakukan terhadap bibit sengon dipersemaian adalah sebagai berikut :
- Penyiraman : Penyiraman yang optimum akan memberikan pertumbuhan yang optimum pada bibit sengon. Penyiraman bibit sengon dilakukan pada pagi dan sore hari maupun siang hari dengan menggunakan nozle. Selanjutnya pada kondisi tertentu, penyiraman dapat dilakukan lebih banyak dari keadaan normal, yaitu pada saat bibit sengon baru dipindah dari naungan ke areal terbuka dan hari yang panas.
- Pemupukan : Pemupukan bibit sengon dilakukan dengan menggunakan larutan "gir". Adapun pembuatan larutan "gir: sebagai berikut : Disiapkan drum bekas dan separuh volumenya diisi pupuk kandang. Tambahkan air sampai volumenya ¾ bagian, kemudian tambahkan 15 kg TSP, lalu diaduk rata. Biarkan selama seminggu dan setelah itu digunakan untuk pemupukan. Dosis pemupukan sebanyak 2 sendok makan per 2 minggu, pada umur 6 bulan, ketika tingginya 70 – 125 cm, bibit sengon siap dipindahkan ke kebun sengon.
- Penyulaman : Penyulaman dilakukan apabila bibit sengon ada yang mati dan perlu dilakukan dengan segera agar bibit sulaman tidak tertinggal jauh dengan bibit lainnya.
- Penyiangan : Penyiangan terhadap gulma, dilakukan dengan mencabut satu per satu dan bila perlu dibantu dengan alat pencungkil, namun dilakukan hati –hati agar jangan sampai akar bibit sengon terganggu. Beberapa hama yang biasa menyerang bibit sengon adalah semut, tikus rayap, dan cacing, sedangkan yang tergolong penyakit ialah kerusakan bibit sengon yang disebabkan oleh cendawan.
- Seleksi bibit sengon : Kegiatan seleksi bibit sengon merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum bibit sengon dimutasikan kelapangan, maksudnya yaitu mengelompokan bibit sengon yang baik dari bibit sengon yang kurang baik pertumbuhannya. Bibit sengon yang baik merupakan prioritas pertama yang bisa dimutasikan kelapangan untuk ditanam sedangkan bibit sengon yang kurang baik pertumbuhannya dilakukan pemeliharaan yang lebih intensip guna memacu pertumbuhan bibit sengon sehingga diharapkan pada saat waktu tanam tiba kondisi bibit sengon mempunyai kualitas yang merata.
Penyiapan Lahan : Penyiapan
lahan pada prinsipnya membebaskan lahan dari tumbuhan pengganggu atau
komponen lain dengan maksud untuk memberikan ruang tumbuh kepada tanaman
yang akan dibudidayakan. Cara pelaksanaan penyipan lahan digolongkan
menjadi 3 cara, yaitu cara mekanik, semi mekanik dan manual. Jenis
kegiatannya terbagi menjadi dua tahap ;
1. Pembersihan
lahan, yaitu berupa kegiatan penebasan terhadap semak belukar dan
padang rumput. Selanjutnya ditumpuk pada tempat tertentu agar tidak
mengganggu ruang tumbuh tanaman.
2. Pengolahan tanah, dimaksudkan untuk memperbaiki struktur tanah dengan cara mencanggkul atau membajak (sesuai dengan kebutuhan).
Penanaman : Jenis kegiatan yang dilakukan berupa :
- Pembuatan dan pemasangan ajir tanam ajir dapa dibuat dari bahan bambu atau kayu dengan ukuran, panjang 0,5 – 1 m, lebar 1 – 1,5 cm. Pemasangangan ajir dimaksudkan untuk memberikan tanda dimana bibit sengon harus ditanam, dengan demikian pemasangan ajir tersebut harus sesuai dengan jarak tanam yang digunakan
- Pembuatan lobang tanam, lobang tanam dibuat dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm tepat pada ajir yang sudah terpasang.
- Pengangkutan bibit sengon, ada dua macam pengangkutan bibit yaitu pengankuatan bibit dari lokasi persemaian ketempat penampungan bibit sementara di lapangan (lokasi penanaman), dan pengangkutan bibit dari tempat penampungan sementara ke tempat penanaman.
- Penanaman bibit sengon, pelaksanaan kegiatan penanaman sengon harus dilakukan secara hati – hati agar bibit sengon tidak rusak dan penempatan bibit sengon pada lobang tanam harus tepat ditengah-tengah serta akar bibit sengon tidak terlipat, hal ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit sengon selanjutnya.
Pemeliharaan, kegiatan pemeliharaan yang dilakukan berupa kegiatan :
- Penyulaman, yaitu penggantian tanaman sengon yang mati atau sakit dengan tanaman sengon yang baik, penyulaman pertama dilakukan sekitar 2-4 minggu setelah tanam, penyulaman kedua dilakukan pada waktu pemeliharaan tahun pertama (sebelum tanaman berumur 1 tahun). Agar pertumbuhan bibit sulaman tidak tertinggal dengan tanaman lain, maka dipilih bibit sengon yang baik disertai pemeliharaan yang intensif.
- Penyiangan, pada dasarnya kegiatan penyiangan dilakukan untuk membebaskan tanaman pokok dari tanaman penggagu dengan cara membersihkan gulma yang tumbuh liar di sekeliling tanaman sengon, agar kemampuan kerja akar sengon dalam menyerap unsur hara dapat berjalan secara optimal. Disamping itu tindakan penyiangan juga dimaksudkan untuk mencegah datangnya hama dan penyakit yang biasanya menjadikan rumput atau gulma lain sebagai tempat persembunyiannya, sekaligus untuk memutus daur hidupnya. penyiangan dilakukan pada tahun-tahun permulaan sejak penanaman agar pertumbuhan tanaman sengon tidak kerdil atau terhambat, selanjutnya pada awal maupun akhir musim penghujan, karena pada waktu itu banyak gulma yang tumbuh.
- Pendangiran, pendangiran yaitu usaha mengemburkan tanah disekitar tanaman sengon dengan maksud untuk memperbaiki struktur tanah yang berguna bagi pertumbuhan tanaman.
- Pemangkasan, melakukan pemotongan cabang pohon sengon yang tidak berguna (tergantung dari tujuan penanaman).
- Penjarangan, penjarangan dilakukan untuk memberikan ruang tumbuh yang lebih leluasa bagi tanaman sengon yang tinggal. Kegiatan ini dilakukan pada saat tanaman sengon berumur 2 dan 4 tahun, Penjarangan pertama dilakukan sebesar 25 %, maka banyaknya pohon yang ditebang 332 pohon per hektar, sehingga tanaman yang tersisa sebanyak 1000 batang setiap hektarnya dan penjarangan kedua sebesar 40 % dari pohon yang ada ( 400 pohon/ha ) dan sisanya 600 pohon sengon dalam setiap hektarnya merupakan tegakan sisa yang akan ditebang pada akhir daur. Cara penjarangan dilakukan dengan menebang pohon-pohon sengon menurut sistem "untu walang" (gigi belakang) yaitu : dengan menebang selang satu pohon pada tiap barisan dan lajur penanaman. Sesuai dengan daur tebang tanaman sengon yang direncanakan yaitu selama 5 tahun maka pemeliharaan pun dilakukan selama lima tahun. Jenis kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan tanaman. Pemeliharaan tahun I sampai dengan tahun ke III kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan dapat berupa kegiatan penyulaman, penyiangan, pendangiran, pemupukan dan pemangkasan cabang. Pemeliharaan lanjutan berupa kegiatan penjarangan dengan maksud untuk memberikan ruang tumbuh kepada tanaman yang akan dipertahankan, presentasi dan prekuensi penjarangan disesuaikan dengan aturan standar teknis kehutanan yang ada.
Sengon : tree new favorite
Sengon wood, whose price has quadrupled to Rp 800,000 (US$79) per
cubic meter in the last four years, has become the main alternative raw
material for Java wood-based companies. Djojo Boentoro, the president director of PT. Dharma Satya
Nusantara (DSN), a firm that produces mainly plywood, blockboard and
wood panels for doors and floors, said that as log production from
natural forests decreased as a result of forest degradation, wood-based
industries had turned to lesser-used alternatives to supply their
plants. "Given the limited supply *of wood* originating from production
forests, which mostly grow other kinds of trees such as the teak and
mahogany, Java wood-based companies have been increasingly buying the
fast-growing sengon tree," he told The Jakarta Post in Temanggung,
Central Java, where one of the company's four plants is based.
Like most wood-based firms, DSN initially used light-red meranti, ulin
or iron wood as raw materials for its wood products. "The price of
sengon has already reached up to Rp 800,000 per
cubic meter. Sometimes it is even 1 million *per cubic meter* if the
sengon is top quality," Djojo said, compared to teak that cost an
average of Rp 1.5 million per cubic meter. Djojo said sengon represented
85 percent of the total raw materials used in his plant. Competition
for sengon among local players is also getting
tougher. Other big companies, such as PT Daya Sempurna Cellulosatama, PT
Bina Inti Lestari, PT Binatama Kayone Lestari, PT Kutai Timber
Indonesia and PT Sumber Graha Sejahtera, have been also using sengon as
raw material. PT Sumber Graha Sejahtera's plant in Balaraja, Banten,
which
produces wood panels, uses 350,000 cubic meter of sengon per year, but
recently reported difficulties in securing sengon supplies to meet
increasing demand for its products.
PT Daya Sempurna Cellulosatama, a pulp and paper producer based
in Bekasi, West Java, said it had to compete with other wood industries
when sourcing sengon, as more and more firms relied on it for raw
material. Many of the wood-based companies have started buying
lesser-used
species, such as the rubber tree, the coconut tree or palm oil trees,
but they still rely mainly on sengon as their main source of raw
material. Wood-based companies in Java alone have used about 4 million
cubic meter of sengon per year in the last three years. With many of
them wanting to increase production to meet rising
demand from overseas markets, especially from North Africa and the
Middle East, the demand for sengon will continue to grow. Hadi Daryanto,
the director general in charge of forest
production development at the Forestry Ministry, said the rising demand
for sengon also partly resulted from the government's campaign to limit
logging in natural forests while promoting the use wood derived from
other kinds of tree species grown in production and community forests.
The sengon tree is believed to have become the favorite specie to
be grown because of its economic and ecological benefits. Unlike teak
and ulin, sengon is a kind of softwood that can meet the needs of many
wood companies. Sengon trees are easily grown in any kind of soil and weather
across Indonesia and grow faster than other species. They can be
harvested within five to 10 years of planting, much faster than teak,
which takes between 25 and 30 years," he said..... (the jakarta post)
Benih sengon : Persentase kecambah dari berbagai pohon induk
Persentase Kecambah Benih Sengon dari berbagai Pohon induk
benih
No
|
Asal biji
|
Daya
Kecambah (%)
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
|
Candiroto, Jawa
Tengah
Turen, Candiroto,
Jawa Tengah
Pare, Kediri, Jawa
Timur
Muliabawah, Wamena,
Irian Jaya
Pare, Kediri, Jawa
Timur
Pare, Kediri, Jawa
Timur
Waga-Waga, Irian
Jaya
Rancamanggung,
Subang, Jawa Barat
Rancamanggung,
Subang, Jawa Barat
Getas anyar,
Magetan, Jawa Timur
Petung, Candiroto,
Jawa Tengah
Temboro, Karang
Tengah, Wonogiri, Jawa Tengah
Waga-Waga, Irian
Jaya
Hubikosi, Irian
Jaya
|
85
25
50
60
80
30
75
70
60
70
50
55
80
75
|
B2iji disimpan dalam DCS (30 C - 50 C) ,
Rh: 98%, kadar air biji: 4% - 6%
Sumber: Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan
Pemuliaan Tanaman Hutan