Dalam meniti episode
kehidupan kita sekarang ini/ Selalu ada rangsangan baik dari luar atau
dalam diri kita sendiri untuk mencapai kesuksesan dalam waktu yang
singkat. Istilah gampangnya adalah sukses secara instan. Tanpa mau
bersusah payah. Padahal kita semua tahu bahwa ada satu hukum alam yang
tidak mungkin kita hindari yaitu hukum proses.
Coba ingat sahabat ,
ketika kita masih bayi. Kita mulai perjalanan kita dengan belajar
merangkak . Lewat proses jatuh bangun beberapa kali bahkan ratusan kali.
Kemudian pelan-pelan kita mampu berdiri dan berjalan dengan kedua kaki
kita walau keduanya masih lemah untuk menopang tubuh kita. Setelah
keduanya kokoh dan kuat. Barulah kita mulai mengayunkan kedua kaki kita. Satu, dua, tiga sampai proses melangkah dengan lancar. Barulah
kita mulai bisa berjalan, kemudian berlari, memanjat bahkan melompat.
Semua aktivitas yang sebelumnya kita rasakan mustahil, menjadi begitu
mudah dilakukan. Apakah semuanya diperoleh secara instan? Jawabnya pasti. TIDAK !. Semuanya lewat sebuah PROSES perjuangan.
Kemudian pertanyaan
berikutnya, bagaimana supaya kita bisa melewati proses kehidupan ini
secara kuat dan kokoh ? Tentu saja kita harus siap menghadapi setiap
kesulitan yang datang. Bukan malah menghindari masalah atau lari
darinya. Lihat saja batu yang keras bisa tembus lewat proses tetesan air
secara terus menerus. Kayu jati yang memiliki kualitas terbaik dan awet
berasal dari pohonnya yang berusia puluhan tahun. Dan selama puluhan
tahun itulah pohon jati mengalami panasnya musim kemarau dan derasnya
guyuran hujan disertai tiupan angin yang kencang. Tapi lewat proses kehujanan dan kekeringan membuat dia menjadi kokoh dan kuat.
Begitu juga dengan kita, dengan ujian mental kita menjadi kuat.
Disinilah Allah mengenalkan kekuatan kita, keberanian, keuletan,
kesetiaan, dan kesabaran. Disini pula Allah mengenalkan diri-Nya sebagai
sebaik-baiknya penolong dan tempat kembali dikala ujian mendera dengan
hebatnya. Karena mengandalkan diri sendiri dan orang lain yang bersifat
sementara lebih banyak membuahkan kekecewaan.
ۚ لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا مَا آتَاهَا ۚ سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْراًً
Allah tidak
memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah
berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah
kesempitan.