Sabtu, 17 Desember 2011

Sistem Regulasi dan Endokrin


TUGAS TELAAH 2
“ BAHAN AJAR, LKS, DAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) ”
Dosen Pengampu : Sumarno, M.Pd








Kelompok 5
1.      Hendri Firmansyah     ( 08320314 )
2.      Muslikah                     ( 08320322 )
3.      Yayan Hilmawan        ( 0832033 
4.      Alfi Fitri

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
IKIP PGRI SEMARANG
2011
SISTEM REGULASI
Sistem regulasi pada manusia mencakup sistem endokrin, sistem saraf, dan sistem indera. Yang mana ketiga sistem tersebut saling berkaitan.
Sistem Endokrin

Sistem endokrin bekerja untuk mengendalikan berbagai fungsi fisiologis tubuh, antara lain metabolisme tubuh, pertumbuhan, reproduksi, regulasi osmotik dan regulasi ionik. Materi ini akan mengupas lebih dalam mengenai organ endokrin dan jenis hormon yang dihasilkan, serta mekanisme homeostasis hormon.

Setelah mempelajari bab ini, siswa diharapkan akan memperoleh pemahaman yang baik mengenai kelenjar endokrin, hormon, sel neuro sekretori, sel endokrin sejati, sel sasaran (terget), dan reseptor hormon. Siswa juga diharapkan dapat menjelaskan macam hormon yang dihasilkan oleh organ endokrin. Memahami pengaruh berbagai macam hormon terhadap sel sasaran dan mekanisme kerja hormon pada sel target.

Fungsi sistem endokrin secara umum.
Sistem endokrin disebut juga sistem kelenjar buntu, yaitu kelenjar yang tidak mempunyai saluran khusus untuk mengeluarkan sekretnya. Sekret dari kelenjar endokrin disebut hormon. Hormon berperan penting dalam mengatur berbagai aktifitas dalam tubuh, antara lain aktivitas pertumbuhan, reproduksi, osmoregulasi, pencernaan, dan integrasi serta koordinasi tubuh. Sistem endokrin hampir selalu bekerja sama dengan sistem syaraf, namun cara kerjanya dalam mengendalikan aktivitas tubuh  berbeda. Perbedaan tersebut yaitu:
1.    Dibandingkan sistem syaraf, sistem endokrin lebih banyak bekerja melalui transmisi kimia.
2.    Sistem endokrin memperlihatkan waktu respon lebih lambat dari pada sistem syaraf
Macam-macam kelenjar endokrin.
1.        Kelenjar hipofisis (Pituitari)
Kelenjar pituitari (pituitary gland) yaitu sebuah organ kecil dengan berbagai fungsi endokrin. Kelenjar pituitari dulunya disebut sebagai “master gland” karena begitu banyak hormon yang dihasilkannya mengatur fungsi endokrin lain. Akan tetapi, pituitari itu sendiri tunduk dan mengikuti perintah hormonal dari hipotalamus. Kelenjar pituitari yang terletak di dasar otak dan dikelilingi oleh tulang, terdiri atas :
a.    Pituitari anterior (adenohipofisis)
Berkembang dari lipatan langit-langit mulut yang tumbuh ke atas ke arah otak dan akhirnya kehilangan persambungannya dengan saluran pencernaan. Pituitari anterior terdiri atas sel-sel endokrin yang mensintesis dan mensekresi beberapa hormon secara langsung ke dalam darah. Hormon pembebas (releasing hormone) membuat pituitari anterior mensekresikan hormonnya. Hormon penghambat (inhibiting hormone) dari hipotalamus membuat pituitari anterior berhenti mensekresikan hormon.
b.    Pituitari posterior (neurohipofisis)
Merupakan hasil dari perluasan otak. Pituitari posterior berkembang dari suatu tonjolan hipotalamus yang tumbuh ke arah bawah, ke arah lipatan mulut yang membentuk pituitari anterior. Kelenjar ini menyimpan dan mensekresikan dua hormon yang dibuat oleh sebuah kumpulan sel-sel neurosekresi di hipotalamus.
Hormon yang dihasilkan (a) pituitari posterior dan (b) pituitari anterior:
45

2.        Kelenjar tiroid (kelenjar gondok)
Pada manusia dan mamalia lain, kelenjar tiroid (thyroid gland) terdiri atas dua lobus yang terletak di permukaan ventral trakea. Kelenjar tiroid menghasilkan dua hormon yang sangat mirip yang diturunkan dari asam amino tirosin: triiodotironnin (T3) dan tetraiodotironin/ tiroksin (T4). Hormon tiroid berfungsi dalam perkembangan, bioenergetika, dan homeostasis. Kelenjar tiroid mamalia juga mengandung sel-sel endokrin yang mensekresikan kalsitonin. Hormon ini menurunkan kadar kalsium dalam darah sebagai dari homeostasis kalsium.

Bagan perputaran kontrol umpan balik yang mengatur sekresi hormon-hormon tiroid.



 

















3.        Kelenjar paratiroid (kelenjar anak gondok)
Keempat kelenjar paratiroid yang menempel pada permukaan tiroid, berfungsi dalam homeostasis ion kalsium. Keempat kelenjar itu mensekresi hormon paratiroid (parathyroid hormone, PTH), yang menaikkan kadar kalsium dalam darah, dan demikian mempunyai pengaruh yang berlawanan dengan hormon kalsitonin yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid.






Gambar 2. Kontrol hormonal homeostasis kalsium pada mamalia.
45

4.        Kelenjar timus
Kelenjar ini merupakan kelenjar penimbunan hormon somatotrof atau hormon pertumbuhan, dan setelah dewasa tidak berfungsi lagi.

5.        Kelenjar adrenal (adrenal gland)
Kelenjar adrenal dapat bersebelahan dengan ginjal. Pada mamalia, masing-masing kelenjar adrenal sebenarnya terbuat dari dua kelenjar dengan jenis sel, fungsi, dan asal-usul embrionik yang berlainan, yaitu korteks adrenal (adrenal cortex) atau bagian luar, dan medula adrenal (adrenal medulla) atau bagian tengah.
a.    Korteks adrenal
Korteks adrenal bereaksi terhadap stres. Akan tetapi korteks adrenal bereaksi terhadap sinyal endokrin, bukan terhadap masukan dari syaraf. Stimulus tersebut merangsang sekresi hormon tropik ACTH. Ketika mencapai target melalui aliran darah, ACTH merangsang sel-sel korteks adrenal untuk mensintesis dan mensekresi keluarga steroid yang disebut sebagai kortikosteroid.
Jenis kortikosteroid pada manusia adalah
1)   Glukokortikoid, seperti kortisol.
Glukokortikoid berperan pada metabolisme glukosa. Glukokortikoid memperbesar pengaruh mobilisasi bahan bakar oleh glukagon dari pankreas. Glukokortikoid juga mendorong sintesis glukosa dari bahan non karbohidrat, seperti protein sehingga menbuat lebih banyak glukosa tersedia sebagai bahan bakar.
2)   Mineralokortikoid, seperti aldosteron.
Mineralokortikoid mempunyai pengaruh utama pada keseimbangan garam dan air. Aldosteron, misalnya, merangsang sel-sel dalam ginjal untuk menyerap kembali ion natrium dan air dari filtrat, sehingga meningkatkan tekanan darah dan volume darah
b.    Medula adrenal
Terdiri dari hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (nonadrenalin). Kedua hormon tersebut adalah anggota kelas senyawa katekolamin yang disintesis dari asam amino tirosin. Hormon ini disekresikan sebagai respon terhadap stres negatif atau positif yaitu segala sesuatu mulai dari yang mengancam jiwa. Fungsi lain epinefrin dan norepinifrin yaitu;
       Meningkatkan laju metabolisme basal dan mempunyai pengaruh yang dramatis pada beberapa target.
       Meningkatkan laju perombakan glikogen dalam hati dan otot rangka dan pelepasan glukosa ke dalam darah oleh sel-sel hati.
       Merangsang pembebasan asam lemak dari sel-sel lemak
       Mempunyai pengaruh dalam sistem kardiovaskuler dan sistem respirasi. Sebagai contoh, kedua hormon tersebut meningkatkan denyut jantung (stroke volume) dan melebarkan bronkiolus di paru-paru yang merupakan pengaruh yang meningkatkan laju pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh.
Sedangkan katekolamin menyebabkan otot polos beberapa pembuluh darah berkontraksi dan otot pembuluh lain berelaksasi.










Gb. Hormon yang berperan pada stres dan kelenjar adrenal
45

6.        Kelenjar endokrin pankreas
Pankreas dapat melakukan fungsi endokrin maupun fungsi eksokrin. Jaringan eksokrin tersebar pada pulau-pulau langerhans (islets of Langerhans), suatu kumpulan sel-sel endokrin yang mensekresikan dua hormon secara langsung ke dalam sistem sirkulasi. Masing-masing pulau mempunyai populasisel-sel alfa (alpha cells), yang mensekresikan hormon peptida glukagon, dan populasi sel-sel beta (beta cells), yang mensekresikan hormon insulin.
Insulin dan glukagon adalah hormon yang bekerja secara antagonis dalam mengatur konsentrasi glukosa dalam darah.. 45

Kerja kelenjar hormon & hormone
           Negative feedback
           Positive feedback
          dengan cara:
           Menghambat/memperbesar ikatan antar hormon dengan reseptor
           Menghambat/merangsang sintesis reseptor

Hormon yang mengatur kadar cairan tubuh
44

Hormon pada saat parturisi (melahirkan)
46
  



Sistem Saraf
Sistem saraf merupakan sistem organ yang mengatur sistem-sistem organ tubuh yang lain. Sistem ini tersusun oleh sel – sel saraf yang disebut neuron. Pada neron terdiri atas badan sel , dendrit, dan akson, terdapat ganglion dan terpisahkan oleh pengubung berupa sinaps. Sinaps merupakan penghubung antara neuron dengan efektor dan terdiri atas 3 bagian yaitu : presinapsis, pascasinapsis dan celah sinaps. Berdasarkan impuls saraf, sinaps dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
1.      Sinapsis listrik, yaitu sinapsis yang dilalui oleh impuls arus listrik yang terdapat diantara sesama neuron. Terbentuk antara dendrit-dendrit, akson-dendrit, atau akson-akson.
2.      Sinapsis kimia, yaitu : sinapsis yang dilalui oleh impuls kimia berupa neurotransmitter. Terdapat diantara neuron dan efektor.
Berdasarkan strukturnya, neuron dibagi 3 yaitu :
1.      Sel saraf motorik, yang berfungsi untuk menghantarkan impuls dari otak atau sumsum tulang belakang ke saraf tepi dan mengaktifkan otot.
2.      Sel saraf sensorik, yang berfungsi untuk menyampaikan impuls dari saraf tepi menuju ke otak.
3.      Sel saraf asosiasi, yang berfungsi untuk menghubungkan pusat saraf otak dengan sumsum tulang belakang.

http://slemgaul.files.wordpress.com/2010/11/saraf2b32.jpg?w=300
Gbr. Neuron
Sistem saraf dikelompokkan menjadi 2, yakni sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.
1.      Sistem Saraf Pusat (SSP)
Pada sistem saraf pusat tersusun atas 2 bagian yaitu :
a.       Sumsum Tulang Belakang
Pada sumsum tulang belakang bagian luarnya berwarna putih. Tersusun dari banyak serabut saraf ( akson dan dendrit ) yang dibungkus oleh selubung sedangkan bagian dalam berwarna abu-abu. Pada bagian ini terdapat 31 pasang saraf spinal. Pada setiap spinal mempunyai sebuah ganglion dibagian ujung posterior. Pada ganglion terdapat bagian badan sel saraf. Sumsum tulang belakang mempunyai fungsi :
-          Menyampaikan impuls sensorik dari system saraf tepi menuju ke otak
-          Menyampaikan impuls motorik dari otak ke berbagai efektor seperti otot rangkaa / lurik. Otot jantung, polos dan kelenjar
-          Sebagai pusat gerak refleks
b.      Otak
Tersusun dari jaringan jaringan saraf yang lembut. Otak dibungkus oleh lapisan pelidung bersama meninges. Meninges tediri atas 3 bagian yaitu: piameter, araknoid dan durameter. Pada otak terdiri atas dari 3 bagian :
1.      Otak Depan
Terdiri dari :
-          Otak besar ( Serebrum )
Merupakan bagian terbesar dari otak. Terdiri atas 2 belahan yaitu belahan kiri dan kanan. Pada permukaan luar berwarna au-abu disebut korteks. Bagian sebelah dalam berwarna putih disebut sumsum ( medulla ).
-          Otak Tengah
Otak berfungsi sebagai pembantu dan penyalur berbagai impuls dan berisi cairan serebrospinal. Pada otak penghubung sinyal penglihatan dan pendengaran.
-          Otak Belakang
Terdiri dari  3 bagian :
a.       Otak kecil ( serebelum )
Terdiri atas 2 hemisfer / 1 vermis ( pusat ) yang terletak di bagian bawah belakang serebrum. Otak kecil berbentuk seperti serebrum tetapi lebih pipi dan berlekuk. Berwarna abu-abu, pada bagian dalam berwarna putih. Otak kecil berfungsi sebagai pusat regulasi motorik yaitu membantu otak besar untuk mengkontrol aktivitas otot dan memperkuat pengiriman impuls ke otot
b.      Pons Varolli
Merupakan jembatan berbentuk kerubung pada batang otak diatas medulla oblongata yang berisi lintasan hantaran motori yang menghubungkan korteks otak besar dengan belahan otak kecil
c.       Medula Oblongata
Terdapat pada pangkal batang otak di bagian dasar tengkorak sebagai lanjutan dari sumsum tulang belakang. Medulla oblongata berfunfgsi sebagai tempat persimpangan bagi serabut dan mengkontrol aktivitas berbagai organ dala msalnya respirasi, detak jantung, dan otot organ pencernaan.
2.      Sistem Saraf Tepi ( SST )
Terdapat diluar system saraf pusat. Berdasarkan tempat asalnya dibedakan menjadi 2 :
a.       Saraf  Kranial
Berfungsi membawa impuls dari dan ke otak dan terdapat 12 pasang saraf kranial yang terdiri ke – 4 pasang pertama terikat pada otak besar dan ke-8 pasang terikat pada bagian otak belakang.
b.      Saraf Spinal
Berfungsi untuk membawa impuls dari dan ke sumsum  tulang belakang. Saraf spinal tersusun dari saraf servikal ( 8 pasang ), toraksik ( 12 pasang ), lumbar ( 5 pasang ), sacral ( 5 pasang ), dan koksigeal ( 1 pasang ).
Pada system saraf tepi dikelompokkan menjadi 2 :
a.       Sistem saraf somatik
Melayani kulit, otot rangka dan tendon.pada system saraf somatic terdapat gerak sadar dan gerak respon yang merupakan respon otomatis terhadap rangsang yang terjadi sangat cepat. Sstem saraf somatic selalu berasal dari korteks otak besar.
b.      Sistem saraf otonom
Melayani organ, otot polos dan sejumlah kelenjar yang bekerja tidak sadar. Pada system saraf otonom dibagi menjadi 2 :
-          Sistem saraf Simpatik
Terdiri atas dua tali saraf yang terada pada kedua sumsum tulang belakang yng meliputi saraf-saraf yang keluar pada daerah vertebra torak dan vertebra lumbar sehingga disebut system saraf torakolumbar. Serabut-serabut saraf yang keluar dari tulang belakang tidak langsung mnuju efektor melainkan membentuk sinaps di dalam ganglion dan neurotransmiternya adalah berupa norepin efrin. Pada system saraf simpatik me,iliki praganglion yang lebih pendek dibandingkan serabut saraf pascaganglion.
-          System saraf parasimpatik
Disebut juga system saraf kraniosakral. Saraf-saraf muncul dari daerah cranial dan vertebra sacral ( paling bawah dari sumsum tulang belakang ). Pada system saraf ini memiliki serabut-serabut pragangloin berukuran panjang dan serabut-serabut pascasgandlionnya berukuran pendek. Neurotransmiternya adalah berupa asetilkolin.
Pada system saraf simpatik dan system saraf parasimpatik biasa bekerja pada organ ( efektor ) yang sama akan tetapi pengaruh yang ditimbulkannya bersifat berlawanan satu dengan yang lainnya.
v  Kelainan dan Gangguan pada Sistem Saraf
Seperti sistem organ lainnya, sistem saraf dapat juga mengalami gangguan dalam menjalankan fungsinya. Gangguan pada sistem saraf dapat berakibat terjadinya beberapa penyakit denegeratif pada sistem saraf. Beberapa penyakit akibat kelainan dan gangguan pada sistem saraf diantaranya :
a.       Penyakit Alzheimer
Penyakit ini ditandai dengan hilangnya kemampuan berfikir ( mengingat ) dan ketidakmampuan tubuh untuk melakukan berbagai kegiatan sehari-hari. Akibatnya dapat mengalami berbagai gangguan mental yang mengakibatkan penderita terbaring ditempat tidur dan mengalami komplikasi dengan penyakit lain seperti pneumonia ( radang paru-paru ). Penyakit Alzheimer mengakibatkan ketidaknormalan sel-sel saraf diseluruh bagian otak pada bagian hipokampus dan anigdala. Terdapat 2 bentuk ketidaknormalan yaitu :
-          Pertama, ada lempengan protein yang disebut beta amiloid yang menempel dan menyelubungi akson.
-          Kedua, struktur serabut-serabut neuron didalam akson dan disekitar nucleus menyerupai benang kusut.
b.      Parkinson
Penyakit ini ditandai dengan mata melebar, pandangan kosong, jemari bergetar tak terkendali, otot kaku dan kaki terasa berat dilangkahkan. Penyakit ini disebabkan degenerasi sel-sel saraf sehingga tidak cukup menghasilkan dopamine didalam otak. Dopamine merupakan inhibitor neurotransmitter / bersifat mnghambat kerja asetilkolin. Tanpa dopamine, asetilkolin, akan terus merangsang otot untuk terus bekerja sehingga otot berkontraksisecara tidak terkendali.
c.       Penyakit Meningtis
Disebabkan oleh infeksi oleh bakteri Neisseria Meningtis dengan ditandai sakit kepala, demam, sakit pada leher. Namun, dapat dicegah dengan imunisasi MMR
d.      Penyakit Poliomeilitis
Disebabkan oleh infeksi yang menyerang system saraf atau substansi kelabu pada sumsum tulang belakang. Penyakit ini menyebabkan kelumpuhan dan termasuk penyakit menular.
e.       Penyakit Epilepsi
Disebabkan oleh gangguan saraf di otak dan penderita dapat mengalami kehilangan kesadaran yang disertai dengan kejang-kejang pada tubuh dan mulut berbuih. 

Sistem Indera
Manusia memperoleh informasi tentang lingkungannya melalui sistem indera yang dimilikinya. Pada hakekatnya indera merupakan sel-sel reseptor sensorik yang mampu mendeteksi berbagai rangsangan. Reseptor sensorik merupakan reseptor khusus yang mendeteksi beberapa macam rangsangan. Ada  dua macam reseptor seksorik yaitu interoreseptor yang bertugas menerima rangsangan dari dalam tubuh (misalnya tekanan darah,perubahan volume darah dan mendeteksi pH darah) dan eksoteroreseptor yang bertugas mendeteksi rangsangan dari luar tubuh (misalnya bau, rasa, suara dan cahaya).
Ada beberapa macam rangsangan yang bisa dideteksi oleh sistem indera, menurut sifat rangsangannya, reseptor dapat digolongkan sebagai berikut :
1.         Kemoreseptor
Merupakan tipe reseptor yang dapat merespon tanggapan berupa bahan kimia. Misalnya rasa dan bau pada makanan, cairan dan udara. Sel-sel resepetor yang peka terhadap aspek kimiawi adalah indera pengecap dan pembau.
2.         Nosireseptor
Disebut juga painreseptor merupakan tipe reseptor yang mendeteksi rasa sakit pada jaringan. Tipe reseptor ini bersifat sebagai pelindung karena dapat menghindarkan dari bahaya.
3.         Fotoreseptor
Merupakan tipe reseptor yang sensitif terhadap panjang gelombang cahaya. Pada bagian retina mata terdapat fotoreseptor yang peka terhadap cahaya, yaitu berupa sel batang dan sel kerucut.
4.         Mekanoreseptor
Merupakan tipe reseptor yang peka terhadap rangsangan energi mekanik, seperti gerak, sentuhan dan tekanan. Mekanoreseptor berhubungan dengan indera peraba, pendengaran dan keseimbangan.
5.         Termoreseptor
Merupakan tipe reseptor yang mendeteksi perubahn suhu dan pada umumnyna terletak pada kulit.
Berikut ini macam-macam indera pada manusia dan beberapa gangguan yang terjadi pada sistem indera.
1.             Indera pengecap
Indera pengecap pada manusia berupa lidah yang memilki tonjolan-tonjolan yang sering dikenal dengan istilah papila. Macam – macam papila :
a.       Papila filiformis
Papila ini berbentuk seperti benang yang halus dan biasanya terdapat pada bagian depan lidah.
b.      Papila fungiformis
Berbentuk seperti kepala jamur dan terdapat pada bagian depan dan sisi atau samping lidah.
c.       Papila sirkumvalata
Berbentuk bulat, tersusun sepeti huruf V terbalik dan terdapat pada lidah bagian belakang.
Setiap papila terdapat banyak sekali tunas-tunas pengecap (taste bud) yang tersebar di seluruh permukaan lidah. Tunas pengecap didukung oleh sel-sel penyokong yang berfungsi untuk menopang dan sel pengecap. Tunas pengecap akan merespon secara maksimal hanya untuk satu rasa.   Tunas pengecap rasa pahit terdapat pada lidah bagian belakang, sedangkan lidah bagian ujung merupakan tunas pengecap rasa asin dan manis, untuk tunas pengecap rasa asam terdapat pada lidah bagian sisi atau samping.
2.             Indera pembau
Indera pembau pada manusia adalah hidung, yang lebih tepatnya rongga hidung.
a.       Struktur hidung
Hidung memilki sel penyokong yang didukung oleh sel – sel epitel dan sel pembau. Sel pembau ini berupa neuron yang berfungsi sebagai reseptor. Pada sel pembau ini juga memilki tonjolan seperti halnya pada lidah, tonjolan ini berupa rambut pada selaput lendir hidung dan tonjolan lain yang berupa tonjolan akson yang membentuk berkas saraf otak I (nervus olfaktoris/ saraf olfaktori). Saraf olfaktori ini menembus tulang tapis kemudian masuk ke dalam otak dan diteruskan ke neuron traktus olfaktori yang ada dalam bulbus olfaktorius. Uap atau gas yang dihirup oleh hidung akan larut dalam lendir pada selaput lendir hidung, sehingga terjadi pengikatan zat dengan protein membran pada dendrit, kemudian impuls dijalarkan dari saraf olfaktori kemudian menuju traktus olfaktosius dan otak. Di dalam otak ada 3 bentuk tanggapan dari impuls yang diterima, yaitu diinterpretasikan di korteks atak pada daerah bau primer, dihubungkan dengan pusat saraf lainnya (misalnya pada hipotalamus mensekresikan ludah dan menimbulkan rasa lapar), dan akan disimpan dalam korteks otak sebagai memori.
b.      Gangguan yang dapat terjadi pada indera pembau
Gangguan ini misalnya kehilangan sensitifitas terhadap rasa bau atau yang lebih dikenal dengan penyakit “anosmia”. Gangguan tersebut disebabkan oleh adanya penyumbatan rongga hidung akibat flu, sel rambut rusak akibat infeksi kronis, dan gangguan saraf olfaktori dan bulbus olfaktori.
http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcS59m7E76R1YdJsFcw9dM8PCN0xiCIBOUnir2zF1mPCMbrKoQj4
Gbr. Rongga hidung

3.           Indera pendengaran
Indera pendengaran pada manusia berupa telinga. Struktur telinga meliputi bagian luar, bagian tengah dan bagian dalam.
a.       Telinga luar
Bagian paling luar dari telinga luar  adalah daun telinga (external pinna) dan saluran auditoris yang mengumpulkan gelombang suara dan menyalurkannya ke membran timpani (gendang telinga)
b.      Telinga tengah
Apabila ada vibrasi atau getaran maka akan dihantarkan melalui 3 osikel (tulang kecil) yang meliputi tulang malcus/mortil, tulang incus/landasan, dan tulang sanggurdi/stape melalui jendela oval. Dan terdapat saluran eustachius yang berfungsi menyeimbangkan tekanan udara pada telinga luar dan tengah.
c.       Telinga dalam
Pada bagian ini terdiri dari labirin dan klokea.
1.      Labirin
Pada labirin ini dilapisi oleh membran dan mengandung cairan yang bergerak sebagai respon terhadap suara dan pergerakan kepala.
2.      Klokea
Klokea merupakan organ berpilin di bagian telinga dalam yang terdiri dari 2 bagian yaitu :
a)      Saluran vestibular
Saluran ini terletak pada bagian atas dan memiliki 2 ruangan, yakni utrikel dan sakulus. Utrikel ini membuka ke dalam 3 saluran semisirkularis yang melengkapi alat-alat untuk keseimbangan.
b)      Saluran timpanik
Saluran ini terletak pada bagian bawah. Diantara kedua saluran tersebut dipisahkan oleh ductus koklea. Pada ductus ini dipenuhi oleh cairan endolimfa dan pada badan dasar ductus terdapat organ corti. Organ corti mengandung sel reseptor telinga yang sesungguhnya, yaitu sel-sel rambut dengan rambut yang menjulur ke dalam ductus koklea. Ductus koklea memiliki fungsi untuk membedakan tinggi nada karena tidak seragamnya membran basiler disepanjang koklea. 
Telinga ini memliki fungsi ganda, yakni sebagai alat pendengaran dan juga sebagai alat keseimbangan. Ada beberapa gangguan pada sistem pendengaran, diantaranya :
a.       Tuli konduksi
Gangguan ini disebabkan oleh kerusakan pada bagian penghantar getaran, misalnya penyumbatan saluran telinga oleh minyak serumen, pecahnya gendang suara, dan pengapuran pada tulang pendengaran. 
b.      Tuli saraf
Disebabkan oleh rusaknya saraf pendengaran atau organ korti dan biasanya gangguan ini terjadi pada usia lanjut.







http://www.ajaib.us/images/telinga.jpg
Gbr. Struktur telinga


4.           Indera penglihatan
Indera penglihatan pada manusia adalah mata yang merupakan fotoreseptor.
a.       Struktur mata
Mata manusia berbentuk bulat lonjong dengan diameter kira-kira 2,5 cm. Bagian depan mata dilindungi oleh selaput tipis yang disebut konjungtiva. Konjungtiva berfungsi melindungi kornea mata dan menjaga kelembaban mata.  Bola mata memiliki beberapa lapisan yaitu sklera dan koroid.
1.      Sklera
Sklera merupakan lapisan paling luar yang tersusun oleh jaringan ikat yang berwarna putih dan kuat. Pada bagian depan sklera berubah menjadi kornea transparan yang berfungsi melewatkan cahaya ke dalam mata dan bertindak sebagai lensa yang tetap.
2.      Koroid
Merupakan pigmen tipis pada lapisan dalam bola mata. Koroid membentuk iris pada bagian anteriornya. Iris memiliki bentuk seperti donat, memberikan warna pada mata dan dapat mengatur jumlah cahaya yang memasuki pupil ( lubang pada pusat iris ) dengan mengubah ukurannya. Selain itu koroid juga membentuk retina pada bagian dalamnya. Pada retina membentuk lapisan paling dalam dari bola mata yang terdiri dari sel-sel fotoreseptor. Didalam retina terdapat sel batang dan sel kerucut.
a.       Sel batang
Sel batang tidak dapat membedakan warna, lebih sensitif terhadap cahaya dan memungkinan melihat pada malam hari namun hanya dalam warna hitam putih.
b.      Sel kerucut
Sel kerucut dapat membedakan warna pada siang hari, membutuhkan banyak rangsangan cahaya dan berfungasi pada penglihatan di  malam hari.
            Selain itu didalam koroid terdapat lensa dan badan bersilia yang membagi mata menjadi 2 rongga yaitu rongga diantara lensa dan kornea serta rongga yang lebih besar dibelakang lensa didalam bola mata. Pada badan bersila menghasilkan aquaeous humor yang berair dan bening yang mengisi rongga bagian dalam mata. Selain itu menghasilkan vitreous humor yang mirip jelly dan mengisi sebagian besar volume mata. Aquaeous humor dan vitreous humor berfungsi sebagai lensa cair yang membantu memfokuskan cahaya pada ke retina. Lensa merupakan suatu cakram protrein transparan yang memfokuskan bayangan ke retina dengan cara mengubah bentuk lensa.

http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQNb6llozY1vGIczCfFUl1jQCZ73bwfZfvDJCxUt_5QPEIurU-A

Gbr. Struktur anatomi mata

v Gangguan pada indra penglihatan
1.      Mata hipermetropi
Merupakan keadan bola mata yang lebih pendek dibandingkan ukuran bola mata normal, sehingga pada saat melihat objek dekat bayangan jatuh di belakang retina akibatnya objek tanpak kabur. Mata hipermetropi ini dapat diperbaiki menggunakan lensa cembung.
2.      Mata miopi
Merupakan keaadan bola mata yang lebih panjang atau lonjong dibanding ukuran bola mata normal. Pada saat melihat objek dekat bayangan jatuh di retina sehingga objek tampak jelas. Namun, ketika melihat objek jauh bayangan jatuh di dedpan retina sehingga objek tampak kabur. Mata miopi ini dapat diperbaiki menggunakan lensa cekung. 
3.      Mata presbiopi
Merupakan keaadan mata yang mengalami pengurangan daya akomodasi lensa. Akibatnya penderita tidak dapat melihat jelas objek yang terlalu dekat dan terlalu jauh. Gangguan ini biasanya terjadi pada lanjut usia dan bisa dibantu dengan kacamata negatif atau rangkap.
4.      Mata Astigmatisme
Merupakan kelainan pada kornea mata yang permukaannya tidak rata. Akibatnya penderita tidak dapat membedakan garis tegak dan horizontal secara bersamaan. Penderita ini dapat ditolong menggunakan kaca mata lensa silindris.
5.      Buta warna
Merupakan kealaian mata yang bersifat bawaan atau keturunan. Biasanya disebabkan oleh gangguan pada sel retina yang peka terhadap warna merah dan hijau. Akibatnya penderita tidak dapat membedakan warna merah, hijau atau biru. Hanya mampu membedakan warna hitam dan putih.
    
5.           Indera peraba
Indera peraba manusia berupa kulit. Kulit memiliki beberapa tipe reseptor sensorik, misalnya mekanoreseptor (sentuhan dan tekanan), termoreseptor (suhu panas dan dingin), dan nosiseptor atau rasa sakit. Apabila ada rangsangan yang bebeda-beda maka ditentukan oleh reseptor-reseptor khusus yang terdapat pada ujung-ujung saraf. Ada 2 ujung saraf pada reseptor, yakni reseptor saraf berujung bebas dan berujung selubung kapsul/selaput. Reseptor dengan ujung bebas terdapat pada seluruh permukaan tubuh dan berfungsi untuk mendeteksi rasa sakit. Sedangkan reseptor yang berujung kapsul/selaput dapat berupa Korpuskel Mieissner dan diskus merkel yang berfungsi untuk mendeteksi rangsangan sentuhan lunak, korpuskel paccini  yang berfungsi untuk mendeteksi rangsangan tekanan, sedangkan untuk mendeteksi rangsangan panas dan korpuskel krause untuk mendeteksi rangsangan dingin.
Tidak semua reseptor khusus didistribusikan secara merata pada kulit. Hanya wilayah – wilayah kulit tertentu yang lebih peka terhadap rangsangan. Misalnya ujung bibir dan ujung jari lebih peka terhadap sentuhan dibandingkan punggung tangan.
                        http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTFoHlMoyewWxQ1Vi2sOE35YZufWpofPWy7KRiq8u8sh5MFQya1Zg
                                                       Gbr. Anatomi kulit












DAFTAR PUSTAKA

Sudjadi, Bagod. 2002. Biologi Sains Dalam Kehidupan. Jakarta : Yudistira
Campbell. 2007. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta : Erlangga
Aryulina, dkk. 2004. Biologi 2 SMA dan MA. Jakarta : Erlangga
Amin, Muhammad. 2009. Biologi SMA / MA. Jakarta : Bumi Aksara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar