Rabu, 14 Desember 2011

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG DAN UNSUR HARA MIKRO TERHADAP PERTUMBUHAN JAGUNG PADA ULTISOL YANG DIKAPUR



ABSTRAK
Penelitian tentang pengaruh pemberian pupuk kandang dan unsur hara mikro
terhadap pertumbuhan tanaman jagung pada Ultisol yang dikapur telah Penelitian ini merupakan percobaan pot dengan rancangan acak lengkap faktorial yangterdiri dari 3 faktor, yaitu pupuk kandang (0, 15, 30 ton.ha-1), unsur hara mikro Cu, Fe, Zndan Mn (dalam bentuk CuSO4.5H2O, Fe2(SO4)3.7H2O, ZnSO4.7H2O dan MnSO4.H2O dengan aras 0, 14, 28 kg ha-1) dan kapur (tanpa kapur dan dikapur sampai mencapai kejenuhan aluminium ± 10%)Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) pengaruh kombinasi unsur hara mikro,pupuk kandang dan kapur terhadap pertumbuhan tanaman jagung (2) mendapatkan kombinasi yang terbaik antara pupuk kandang, unsur hara mikro dan kapur terhadap pertumbuhan tanaman jagung. Hasilnya menunjukkan bahwa pengapuran yang dilakukan meningkatkan semua parameter pertumbuhan, yaitu tinggi tanaman, berat segar trubus, berat kering trubus, berat segar akar dan berat kering akar. Pemberian pupuk kandang sampai dosis 30 ton ha-1 masih mampu meningkatkan berat segar trubus dan berat kering trubus. Pemberian unsur hara mikro 14 kg ha-1 memberikan berat segar trubus dan berat kering trubus yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian unsur hara mikro 28 kg ha-1. Kombinasi pemberian pupuk kandang 30 ton ha-1, unsur hara mikro 14 kg ha-1 dan kapur menghasilkan berat segar trubus dan berat kering trubus tertinggi.
Kata kunci : pupuk kandang, unsur hara mikro, kapur dan jagung






BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Jagung sebagai pangan adalah sumber karbohidrat kedua setelahberas. Di samping itu juga digunakanpula sebagai bahan makanan ternak (pakan) dan bahan baku industry (Sudaryanto et al., 1986). Kebutuhan dan konsumsi jagung di Indonesia terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan meningkatnya industri yang menggunakan jagung sebagai bahan baku seperti industri makanan dan pakan ternak. Peningkatan produksi yang telah dicapai melalui perluasan areal tanam dan perbaikan teknologi produksi ternyata belum mampu untuk mengimbangi kebutuhan dan konsumsi jagung di dalam negeri,
 Tanaman jagung umumnya tidak toleran terhadap kemasaman tanah yang tinggi. Hasil penelitian Fox (1979) disimpulkan bahwa kejenuhan Al merupakan parameter yang lebih tepat untuk memperkirakan pengurangan hasil jagung pada tanah masam. Tanaman jagung akan di bawah 90 % dari maksimum apabila kejenuhan Al melebihi 12 %. Bila kejenuhan Al > 40% pertumbuhan tanaman jagung akan 116 Indrasari & Syukur. Pertumbuhan jagung pada Ultisol yang dikapur 117 menurun secara tajam (Kamprath and Foy, 1997).Dilihat dari luasannya, Ultisol memiliki potensi untuk pengusahaan pengembangan tanaman jagung. Namun pemanfaatan Ultisol untuk budidaya jagung menghadapi berbagai kendala, seperti rendahnya tingkat kesuburan dan pH serta tingginya kejenuhan Al. Tanah ini juga rendah dalam kandungan unsur hara makro seperti P, N, K, Mg dan kandungan unsur hara mikro seperti Zn, Mo dan Pb (Notohadiprawiro, 1990; Bell and Edwards, 1999). Pengapuran untuk mengatasi pengaruh buruk oleh kemasaman tanah
yang tinggi merupakan salah satu cara yang sudah lama dikenal dan diterapkan. Dengan tindakan ini, kemasaman tanah diturunkan sampai tingkat yang tidak membahayakan bagi pertumbuhan tanaman. Radjagukguk (1983) mengemukakan bahwa reaksi kapur di dalam tanah secara sederhana sebagai berikut : 3 CaCO3 + 3 H2O   3 Ca++ + 3HCO3- + 3 OH-
Al3+ + 3 OH-   Al(OH)3 (mengendap) Al3+ yang berasal dari larutan tanah akan bereaksi dengan OH- dari reaksi bahan kapur sehingga membentuk endapan Al(OH)3. Dengan demikian pemberian bahan kapur mengakibatkan pengendapan Al dalam bentuk Al(OH)3 dan pada saat yang sama pH akan meningkat. Dengan demikian keracunan Al dapat teratasi sehingga pertumbuhan akar tanaman akan baik.
Pengapuran dalam jumlah berlebihan tidak diperlukan dalam menanggulangi masalah keracunan Al pada tanah mineral tropika, pH cukup dinaikkan sampai mencapai pH ± 5,5 karena pada kondisi ini Al praktis sudah ternetralisasi. Kemasaman tanah dianggap sebagai parameter yang paling kritis dalam pengaturan ketersediaan unsur hara mikro (Sims, 1986). Ketersediaan unsur hara mikro (Cu dan Zn) dalam larutan tanah relative tinggi pada pH yang rendah, dan kebanyakan kation ini berada dalam bentuk yang dapat dipertukarkan dan dalam fraksi organik (Sims and Patrick, 1978). Pengapuran juga mempengaruhi ketersediaan unsur hara mikro seperti Fe, Mn, Cu dan Zn. Penambahan kapur dapat menurunkan kelarutan unsure mikro karena terjadi peningkatan pH, yang menyebabkan terjadinya pengendapan unsur mikro tersebut. Pengapuran yang berlebihan dapat menyebabkan tanaman mengalami kekurangan unsur mikro, terutama Fe, Mn, Cu dan Zn karena peningkatan nilai pH tanah mengakibatkan bentuk kation berubah menjadi hidroksida yang tidak larut (Nyakpa et al., 1988). Peningkatan pH dapat meningkatkan muatan negative pada mineral lempung yang bermuatan
tidak tetap. Peningkatan muatan negative ini akan meningkatkan kapasitas jerapan kation sehingga mampu menjerap kation dalam jumlah yang lebih banyak.
Proses pengendapan dan jerapan ini akan mengurangi konsentrasi unsur mikro dalam larutan tanah. Bahan organik tanah merupakan suatu sistem yang komplek dan dinamis, berasal dari sisa tanaman dan hewan yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan yang dipengaruhi factor biologi, fisika dan kimia tanah (Kononova, 1966). Bahan organik dapat berasal dari sisa tanaman, hewan seperti dalam bentuk pupuk kandang, pupuk hijau, kompos dan sebagainya.
Pupuk kandang sebagai sumber bahan organik tanah mempunyai kandungan hara yang berbeda-beda tergantung dari macam hewan, umur hewan, 118 Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (2) (2006) macam makanan, perlakuan dan penyimpanan pupuk sebelum dipakai (Buckman and Brady, 1982). Penambahan bahan organik juga dapat meningkatkan kapasitas jerapan karena berbagai gugus fungsional yang dimilikinya. Penelitian McGrath et al .,
(1988) cit. Salam et al., (1997) memperlihatkan bahwa pada pH yang sama, kelarutan Cu lebih rendah di tanah dengan kandungan bahan organik tinggi daripada di tanah dengan kandungan bahan organik rendah. Ini menunjukkan bahwa kandungan bahan organik di dalam tanah dapat menurunkan ketersediaan unsur hara mikro. Setiap kation dari unsur hara mikro dapat berkombinasi dengan senyawa organik. Senyawa organic yang bereaksi dengan kation-kation tersebut terdiri dari protein, asam amino, penyusun humus dan asamasam seperti sitrat dan tartrat. Reaksi kombinasi antara kation-kation ini dengan senyawa organik disebut kelasi, sedangkan senyawa komplek hasil bentukannya disebut kelat. Senyawa kelat disamping sebagai pemasok unsure hara mikro, juga melindungi dari pengendapan unsur tersebut misalnya
oleh ion hidroksil (OH) (Nyakpa et al.1988).

B.     Rumusan Masalah
  1. Bagaimana pengaruh pemberian kombinasi  antara pupuk kandang, unsur hara mikro dan kapur terhadap  tanaman jagung
  2.  Bagaimana kecepatan pertumbuhan tanaman jagung dengan perlakuan pemberian kombinasi antara pupuk kandang, unsur hara mikro dan kapur terhadap  tanaman jagung
  3. Dengan kombinasi pupuk berkosentrasi berapa tanaman jagung dapat menghasilkan hasil panen yang paling maksimal?
  4. Bagaimana produktifitas tanaman jagung setelah diberi kombinasi antara pupuk kandang, unsur hara mikro dan kapur?


C.    Batasan Masalah
1.   Subyek penelitian adalah pupuk kandang dan unsure hara mikro terhadap pertumbuhan tanaman jagung
2.   Obyek penelitian adalah tanaman jagung dengan rancangan acak lengkap factorial yang terdiri dari tiga factor
3.   Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman,berat segar trubus, berat segar akar dan berat kering akar


D.    Tujuan Penelitian
Hasil penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1.      Pengaruh kombinasi unsur hara mikro, pupuk kandang dan kapur terhadap pertumbuhan tanaman jagung.
2.      Mendapatkan kombinasi yang terbaik antara pupuk kandang, unsure hara mikro dan kapur terhadap pertumbuhan tanaman jagung.
3.      Untuk mengetahui percepatan pertumbuhan tanaman jagung setelah diberi kombinasi unsure hara mikro, pupuk kandang, dan kapur.
  1. Manfaat Penelitian
  1. Sebagai sumber pengetahuan bagi peneliti.
  2. Memberi informasi kepada masyarakat bahwa penggunaan kombinasi antara pupuk kandang, unsur hara mikro dan kapur terhadap  tanaman jagung dapat meningkatkan semua parameter pertumbuhan, yaitu tinggi tanaman, berat segar trubus, berat kering trubus, berat segar akar dan berat kering akar.
  3. Mengurangi pupuk anorganik dalam pembudidayaan tanaman bayam.
  4. Untuk meningkatkan produksi tanaman jagung dengan kombinasi pupuk kandang, unsur hara mikro dan kapur.

  1. Hipotesis
            Dengan adanya penelitian ini diharapkan hasil produksi tanaman jagung akan meningkat karena dengan adanya kombinasi unsur hara mikro,pupuk kandang dan kapur terhadap pertumbuhan tanaman jagung, sehingga akan mendapatkan kombinasi yang terbaik antara pupuk kandang, unsure hara mikro dan kapur terhadap pertumbuhan tanaman jagung kombinasi dengan unsure hara mikro, pupuk kandang dan kapur, mengapa demikian karena dengan pengapuran yang dilakukan dapat meningkatkan semua parameter dari pertumbuhan tanaman tersebut, yaitu tinggi tanaman, berat segar trubus,berat kering trubus,berat segar akar, dan berat kering akar.
























BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kajian Teori

Tanaman jagung umumnya tidak toleran terhadap kemasaman tanah yang tinggi. Hasil penelitian Fox (1979) disimpulkan bahwa kejenuhan Al merupakan parameter yang lebih tepat untuk memperkirakan pengurangan hasil jagung pada tanah masam. Tanaman jagung akan di bawah 90 % dari maksimum apabila kejenuhan Al melebihi 12 %. Bila kejenuhan Al > 40% pertumbuhan tanaman jagung akan 116 Indrasari & Syukur. Pertumbuhan jagung pada Ultisol yang dikapur 117 menurun secara tajam (Kamprath and Foy, 1997).Dilihat dari luasannya, Ultisol memiliki potensi untuk pengusahaan pengembangan tanaman jagung. Namun pemanfaatan Ultisol untuk budidaya jagung menghadapi berbagai kendala, seperti rendahnya tingkat kesuburan dan pH serta tingginya kejenuhan Al. Tanah ini juga rendah dalam kandungan unsur hara makro seperti P, N, K, Mg dan kandungan unsur hara mikro seperti Zn, Mo dan Pb (Notohadiprawiro, 1990; Bell and Edwards, 1999). Pengapuran untuk mengatasi pengaruh buruk oleh kemasaman tanah
yang tinggi merupakan salah satu cara yang sudah lama dikenal dan diterapkan. Dengan tindakan ini, kemasaman tanah diturunkan sampai tingkat yang tidak membahayakan bagi pertumbuhan tanaman. Radjagukguk (1983) mengemukakan bahwa reaksi kapur di dalam tanah secara sederhana sebagai berikut : 3 CaCO3 + 3 H2O   3 Ca++ + 3HCO3- + 3 OH-
Al3+ + 3 OH-   Al(OH)3 (mengendap) Al3+ yang berasal dari larutan tanah akan bereaksi dengan OH- dari reaksi bahan kapur sehingga membentuk endapan Al(OH)3. Dengan demikian pemberian bahan kapur mengakibatkan pengendapan Al dalam bentuk Al(OH)3 dan pada saat yang sama pH akan meningkat. Dengan demikian keracunan Al dapat teratasi sehingga pertumbuhan akar tanaman akan baik.
Pengapuran dalam jumlah berlebihan tidak diperlukan dalam menanggulangi masalah keracunan Al pada tanah mineral tropika, pH cukup dinaikkan sampai mencapai pH ± 5,5 karena pada kondisi ini Al praktis sudah ternetralisasi. Kemasaman tanah dianggap sebagai parameter yang paling kritis dalam pengaturan ketersediaan unsur hara mikro (Sims, 1986). Ketersediaan unsur hara mikro (Cu dan Zn) dalam larutan tanah relative tinggi pada pH yang rendah, dan kebanyakan kation ini berada dalam bentuk yang dapat dipertukarkan dan dalam fraksi organik (Sims and Patrick, 1978). Pengapuran juga mempengaruhi ketersediaan unsur hara mikro seperti Fe, Mn, Cu dan Zn. Penambahan kapur dapat menurunkan kelarutan unsure mikro karena terjadi peningkatan pH, yang menyebabkan terjadinya pengendapan unsur mikro tersebut. Pengapuran yang berlebihan dapat menyebabkan tanaman mengalami kekurangan unsur mikro, terutama Fe, Mn, Cu dan Zn karena peningkatan nilai pH tanah mengakibatkan bentuk kation berubah menjadi hidroksida yang tidak larut (Nyakpa et al., 1988). Peningkatan pH dapat meningkatkan muatan negative pada mineral lempung yang bermuatan
tidak tetap. Peningkatan muatan negative ini akan meningkatkan kapasitas jerapan kation sehingga mampu menjerap kation dalam jumlah yang lebih banyak.
Proses pengendapan dan jerapan ini akan mengurangi konsentrasi unsur mikro dalam larutan tanah. Bahan organik tanah merupakan suatu sistem yang komplek dan dinamis, berasal dari sisa tanaman dan hewan yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan yang dipengaruhi factor biologi, fisika dan kimia tanah (Kononova, 1966). Bahan organik dapat berasal dari sisa tanaman, hewan seperti dalam bentuk pupuk kandang, pupuk hijau, kompos dan sebagainya.
Pupuk kandang sebagai sumber bahan organik tanah mempunyai kandungan hara yang berbeda-beda tergantung dari macam hewan, umur hewan, 118 Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 (2) (2006) macam makanan, perlakuan dan penyimpanan pupuk sebelum dipakai (Buckman and Brady, 1982). Penambahan bahan organik juga dapat meningkatkan kapasitas jerapan karena berbagai gugus fungsional yang dimilikinya. Penelitian McGrath et al .,
(1988) cit. Salam et al., (1997) memperlihatkan bahwa pada pH yang sama, kelarutan Cu lebih rendah di tanah dengan kandungan bahan organik tinggi daripada di tanah dengan kandungan bahan organik rendah. Ini menunjukkan bahwa kandungan bahan organik di dalam tanah dapat menurunkan ketersediaan unsur hara mikro. Setiap kation dari unsur hara mikro dapat berkombinasi dengan senyawa organik. Senyawa organic yang bereaksi dengan kation-kation tersebut terdiri dari protein, asam amino, penyusun humus dan asamasam seperti sitrat dan tartrat. Reaksi kombinasi antara kation-kation ini dengan senyawa organik disebut kelasi, sedangkan senyawa komplek hasil bentukannya disebut kelat. Senyawa kelat disamping sebagai pemasok unsure hara mikro, juga melindungi dari pengendapan unsur tersebut misalnya
oleh ion hidroksil (OH) (Nyakpa et al.1988).
Percobaan rumah kaca
Contoh tanah seberat 6 kg dicampur merata dengan kapur, unsure hara mikro dan bahan organik sesuai takaran perlakuan, dimasukkan dalam pot dan diinkubasikan selama 5 minggu dalam kondisi kapasitas lapangan,setelah lama inkubasi selesai, campuran tanah tersebut dicampur dengan pupuk basal sesuai takaran perlakuan dan diinkubasikan selama 3 hari dalam kondisi kapasitas lapangan. Pada akhir inkubasi sebagian tanah diambil untuk dianalisa dan sisanya dalam pot ditanami jagung sebanyak 3 biji per pot. Setelah tanaman tumbuh baik (± 7 hst) diadakan penjarangan dengan menyisakan 1 tanaman yang terbaik pada setiap pot. pada saat ± 15 % tanaman jagung berbunga (± 52 hst). Selama pertumbuhan tanaman dijaga dari serangan gulma, hama dan penyakit dan kondisi kapasitas lapangan dipertahankan dengan menambah air sebesar air yang hilang akibat evapotranspirasi. Pada saat panen ditimbang berat segar dan berat kering trubus maupun akar. Pada saat keluarnya bunga betina (silking phase)
diambil daun ke 5, 6 dan 7 untuk penentuan Cu, Zn, Fe, Mn jaringan.
Karakteristik tanah dan pupuk
kandang
menunjukkan bahwa   Ultisol yang dipakai untuk penelitian kandungan Al-ddnya tinggi, kationkation basa tertukar rendah sampai sedang sehingga kejenuhan Al-nya sangat tinggi dan pH-nya sangat masam. Tekstur tanah lempung dan kandungan bahan organik sedang sehingga KPK-nya berharkat sedang. Kandungan P, Zn dan Cu tersedia sangat rendah sedangkan Fe dan Mn tinggi. Kualitas tanah ini perlu ditingkatkan, antara lain dengan penambahan kapur atau bahan organik. Pemberian kapur akan meningkatkan pH, KPK dan menurunkan Al-dd, kejenuhan Al dan Fe maupun Mn tersedia.
Pengaruh pupuk kandang sapi dan
kapur
Menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang sapi sampai dengan 30 t/ha masih meningkatkan kandungan bahan organik, Zn jaringan tanaman, berat segar maupun berat kering akar. Pemberian kapur 16,63 t/ha nyata menurunkan Zn jaringan tanaman tetapi nyata meningkatkan berat kering trubus, berat segar maupun berat kering akar.
Pengaruh interaksi pupuk kandang
sapi dan unsur hara mikro
Menunjukkan bahwa pengaruh takaran pupuk kandang terhadap Cu tersedia nyata pada M1 dan M2. pemberian pupuk kandang menurunkan Cu tersedia. Nilai tertinggi dicapai pada tanpa pemberian pupuk kandang. Pemberian unsur hara mikro sampai 28 kg/ha masih meningkatkan Cu tersedia baik pada B0, B1 maupun B2. Pemberian pupuk kandang nyataberpengaruh terhadap Mn jaringan tanaman pada M0 dan M2. Data menunjukkan milai tertinggi dicapai pada takaran pupuk kandang 15 t/ha. Pemberian unsur hara mikro sampai 28 t/ha masih meningkatkan Mn jaringan tanaman pada B2, sedang pada B0 nilai tertinggi dicapai pada takaran 14 kg/ha. Pada B1 pemberian unsur hara mikro tidak berpengaruh nyata. Pemberian pupuk kandang sampai 30 t/ha masih meningkatkan berat segar maupun berat kering trubus pada M0 dan M1, sedang pada M2 pengaruh pupuk kandang terhadap parameter tersebut tidak nyata. Pengaruh pemberian unsur hara mikro terhadap berat segar maupun berat kering trubus hanya nyata pada B2, nilai tertinggi parameter tersebut dicapai pada takaran unsur hara mikro 14 kg/ha.
Pengaruh interaksi pupuk kandang
sapi dan kapur
Bahwa pengaruh takaran pupuk kandang terhadap Al-dd, kejenuhan Al, Cu tersedia dan Mn tersedia hanya nyata pada K0 (tanpa dikapur). Data menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang menurunkan parameterparameter tersebut. Terhadap Mn jaringan tanaman, pemberian pupuk kandang 15 t/ha meningkatkan parameter tersebut pada K1 tetapi menurunkan parameter tersebut pada K0. Pemberian kapur 16,63 t/ha CaCO3 nyata menurunkan Al-dd, kejenuhan Al dan berat segar trubus baik pada B0, B1 maupun B2. Untuk parameter Mn jaringan dan berat kering trubus pengapuran nyata menurun parameter tersebut pada B0 tetapi tidak berpengaruh nyata pada B1 dan B2.
Pengaruh interaksi unsur hara
mikro dan kapur
Menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang sampai 30 t/ha pada tanah yang tidak dikapur masih nyata meningkatkan Cu tersedia, Mn tersedia dan Mn jaringan tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap berat segar trubus. Pada tanah yang diberi kapur 16,63 t/ha CaCO3 pemberian pupuk kandang sampai 30 t/ha masih nyata meningkatkan Cu tersedia, menurunkan berat segar trubus bila dibandingkan dengan takaran 15 t/ha. Pemberian 16,63 CaCO3 nyata
menurunkan Mn tersedia dan nyata meningkatkan berat segar trubus, baik pada M0, M1 maupun M2. Pengapuran tersebut nyata menurunkan Cu tersedia pada M1 dan M2 tetapi tidak berpengaruh nyata pada M0. Pengapuran tersebut nyata menurunkan Mn jaringan hanya pada M1 sedangkan pada M0 dan M2 tidak berpengaruh nyata.


B.     Metode Penelitian
Percobaan menggunakan rancangan percobaan acak lengka pfaktorial, terdiri atas  tiga  factor:
Faktor pertama adalah 3 aras pupuk kandang sapi yaitu 0 t/ha (B0), 15 t/ha (B1) dan 30 t/ha (B2).
Faktor kedua adalah 3 aras unsur hara mikro yaitu tanpa unsure hara mikro (M0), 14 kg/ha unsur haramikro (M1) dan 28 kg/ha unsur hara mikro (M2). Unsur hara mikro yang dipakai adalah Fe2(SO4)3 7H2O,MnSO4.H2O, ZnSO4.7H2O dan CuSO45H2O.
Faktor ketiga adalah 2 aras takaran kapur (CaCO3) yaitu 0 t/ha (K0) dan 16,63 t/ha (K1). Perlakuan diulang tiga kali.
Percobaan dilakukan untuk menentukan takarankapur dan lama inkubasi yang akan dipakai. Takaran kapur terpilih adalah takaran kapur pada saat kejenuhan aluminium ± 10 %. Dalam percobaan ini 500 g contoh tanah dicampur dengan kapur sesuai takaran perlakuan dan selanjutnya diinkubasikan dalam kondisi kapasitas lapangan. Tiap minggu diamati Al-dd, pH H2O, pH KCl dan kejenuhan Al-nya. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan, takaran kapur 0 dan 16,63 t/ha dan lama inkubasi 5 minggu dipakai untuk percobaan selanjutnya.

















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
  1.  Terjadi interaksi antara pupuk kandang, takaran kapur dan unsure hara mikro dalam mempengaruhi
parameter-parameter yang diamati. Pemberian pupuk kandang dan kapur menurunkan ketersediaan maupunkonsentrasi unsur hara mikro di jaringan, meningkatkan berat basah dan berat kering akar maupun trubus. Pengapuran menurunkan Al-dd dan kejenuhan Al tetapi meningkatkan KPK maupun pH tanah. Pemberian unsur hara mikro meningkatkan unsure hara mikro baik ketersediaan dalam tanah maupun konsentrasinya dalam jaringan tanaman.
  1. Dilihat dari berat segar maupun berat kering trubus, kombinasi yang terbaik adalah B2M1 dan M1K1.
















DAFTAR PUSTAKA

Bell, L. C. and D. G. Edwards. 1991. Soil Acidity and It’s Amelioration.Dalam : Asia Land Management Acid Soils. IBRAM’S TrainingWorkshop. Thailand. H 1 – 23 h.
Buckman, H. O., and N. C. Brady. 1982.Ilmu Tanah. TerjemahanSoegiman. Bhratara Karya Aksara. Jakarta.
Kononova, M. M. 1966. Soil Organic Matter. Pergamon Press LTD. Oxford.
Notohadiprawiro, T. 1990. Farming Acid Mineral Soils for Food Crops : an Indonesian Experience. Dalam :E. T. Craswell and E. Pusparajah(eds). Management of Acid Soils in the Humid Tropics of Asia.
ACIAR. Monograph. No. 13: 62-68.
Nyakpa, Yusuf., A. M. Lubis, M. A.Pulung, G. Amran, A. Munawar,Go Ban Hong. 1988. Kesuburan
Indrasari & Syukur. Pertumbuhan jagung pada Ultisol yang dikapur 123Tanah. Universitas Lampung.Lampung.
Radjagukguk, B. 1983. Masalah Pengapuran Tanah Mineral Masam di Indonesia. Makalah Seminar Masalah Tanah Mineral Masam di Indonesia. Fakultas Pertanian. UGM. Yogyakarta.
Salam, A. K., S. Djuniwati, Sarno, J.T.Harahap. 1997. Kapur dan Kompos Daun Singkong Meningkatkan Kelarutan Tembaga dan Seng Asal Limbah Industri di Tanah Andisol dari Gisting Lampung. Jurnal TanahTropika No. 4 : 123 – 131.
Sims, J. T. 1986. Soil pH Effect on the Distribution and Plant Availability of Manganese, Copper and Zinc.Soil Sci Soc Am J. Vol 50 : 367-373.
Sims, J. T. and H. Patrick. 1978. The Distribution of Micronutrient Cations in Soil under Condition of Varying Redox Potensial and pH. Soil Sci Soc Am J. Vol 42 : 258-262.
Tisdale, S. L, W. L. Nelson and J. D.
Beaton. 1990. Soil Fertility and Fertilizers. MacMillan Publishing Company. New York.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar