BIOTEKNOLOGI
Pengantar
Dalam kurun waktu 20 tahun terakhir
ini, bioteknologi telah mengalami perkembangan sangat pesat. Di beberapa negara
maju, bioteknologi mendapatkan perhatian serius dan dikembangkan secara
intensif dengan harapan dapat memberi solusi untuk mengatasi berbagai
permasalahan yang dihadapi manusia pada saat ini maupun yang akan datang yang
menyangkut; kebutuhan pangan, obat-obatan, penelitian, yang pada gilirannya
semuanya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup umat manusia.
Kemajuan dan perkembangan
bioteknologi tidak dapat terlepas dari kemajuan dan dukungan ilmu-ilmu dasar
seperti: mikrobiologi, biokimia, biologi molekuler, dan genetika. Kompetensi
menguasai bioteknologi tersebut dapat tercapai manakala pembinaan sumber daya manusia
diorientasikan pada kompetensi meneliti dan menerapkan metode-metode mutakhir
bioteknologi. Kemampuan menguasai dan mengaplikasikan metode-metode mutakhir
bioteknologi (current methods of biotecnology) seperti: kultur jaringan,
rekayasa genetik, hibridoma, kloning, dan polymerase chains reaction
(PCR) secara prospektif telah mampu menghasilkan produk-produk penemuan baru.
Sebagai ilustrasi; penemuan-penemuan baru dibidang immunologi (ilmu yang
mempelajari sistem kekebalan tubuh) telah berhasil diproduksi
antibodi-monoklonal (MAb) secara massal. Penemuan MAb dengan metode klonasi (clone),
memiliki kelebihan antara lain: peka (sensitivitas), khas (spesifitas), dan
akurat. Selain itu, MAb dapat pula digunakan untuk memberikan jasa pelayanan
dalam berbagai hal seperti: diagnosis suatu penyakit dengan akurat, pencegahan
dan pengobatan penyakit. Kontribusi MAb telah dapat dirasakan manfaatnya
khususnya dalam dunia riset (research) seperti: enzymeimmunoassay
(EIA), radioimmunoassay (RIA), dan immunositokimia (immunocytochemistry).
Definisi dan Pengertian Bioteknologi
Istilah bioteknologi untuk pertama
kalinya dikemukakan oleh Karl Ereky, seorang insinyur Hongaria pada tahun 1917
untuk mendeskripsikan produksi babi dalam skala besar dengan menggunakan bit gula
sebagai sumber pakannya (Suwanto, 1998). Beragam batasan dan pengertian
dikemukakan oleh berbagai lembaga untuk menjelaskan tentang Bioteknologi.
Beberapa diantaranya akan diulas singkat sebagai berikut:
- Menurut Bull et al. (1982), bioteknologi merupakan penerapan asas-asas sains (ilmu pengetahuan alam) dan rekayasa (teknologi) untuk pengolahan suatu bahan dengan melibatkan aktivitas jasad hidup untuk menghasilkan barang dan/atau jasa.
- Menurut Primrose (1987), secara lebih sederhana bioteknologi merupakan eksploitasi komersial organisme hidup atau komponennya seperti; enzim.
- Bioteknologi merupakan penerapan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan kerekayasaan untuk penanganan dan pengolahan bahan dengan bantuan agen biologis untuk menghasilkan bahan dan jasa (OECD,1982).
- Bioteknologi adalah teknik pendayagunaan organisme hidup atau bagian organisme untuk membuat atau memodifikasi suatu produk dan meningkatkan/memperbaiki sifat tanaman atau hewan atau mengembangkan mikroorganisme untuk penggunaan khusus (OTA-US, 1982).
- Bioteknologi berasal dari dua kata, yaitu ‘bio’ yang berarti makhuk hidup dan ‘teknologi’ yang berarti cara untuk memproduksi barang atau jasa. Dari paduan dua kata tersebut European Federation of Biotechnology mendefinisikan bioteknologi sebagai perpaduan dari ilmu pengetahuan alam dan ilmu rekayasa yang bertujuan meningkatkan aplikasi organisme hidup, sel, bagian dari organisme hidup, dan/atau analog molekuler untuk menghasilkan produk dan jasa. Atau secara tegas dinyatakan, Bioteknologi merupakan penggunaan terpadu biokimia, mikrobiologi, dan ilmu-ilmu keteknikan dengann bantuan mikroba, bagian-bagian mikroba atau sel dan jaringan organisme yang lebih tinggi dalam penerapannya secara teknologis dan industri (EFB, 1983)
Apapun batasan yang diberikan oleh
para ahli yang pasti dalam proses bioteknologi terkandung tiga hal pokok
:
- Agen biologis (mikroba, enzim, sel tanaman, sel hewan)
- Pendayagunaan secara teknologis dan industrial
- Produk dan jasa yang diperoleh.
Dahulu bioteknologi dianalogikan dengan
industri mikrobiologi (industri yang berbasis pada peran agen-agen mikrobia).
Tetapi perkembangan selanjutnya, tanaman dan hewan juga dieksploitasi secara
komersial seperti; hortikultura dan agrikultura. Dengan demikian, “payung”
bioteknologi sangatlah luas mencakup semua teknik untuk menghasilkan barang dan
jasa dengan memanfaatkan sistem biologi.
Berdasarkan terminologinya, maka
bioteknologi dapat diartikan sebagai berikut:
- “Bio” memiliki pengertian agen hayati (living things) yang meliputi; organisme (bakteri, jamur (ragi), kapang), jaringan/sel (kultur sel tumbuhan atau hewan), dan/atau komponen sub-selulernya (enzim).
- “Tekno” memiliki pengertian teknik atau rekayasa (engineering) yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan rancang-bangun, misalnya untuk rancang bangun suatu bioreaktor. Cakupan teknik disini sangat luas antara lain; teknik industri dan kimia.
- “Logi” memiliki pengertian ilmu pengetahuan alam (sains) yang mencakup; biologi, kimia, fisika, matematika dsb. Ditinjau dari sudut pandang biologi (biosain), maka bioteknologi merupakan penerapan (applied); biologi molekuler, mikrobiologi, biokimia, dan genetika. Dengan demikian, bioteknologi merupakan penerapan berbagai bidang (disiplin) ilmu (interdisipliner). Oleh karena itu, tidak ada seorangpun yang dapat menguasai seluruh aspek bioteknologi.
Berdasarkan definisi dan pengertian
di atas, maka bioteknologi tidak lain adalah suatu proses yang unsur-unsurnya
sebagai berikut:
- Input yaitu bahan kasar (raw material) yang akan diolah seperti; beras, anggur, susu dsb.
- Proses yaitu mekanisme pengolahan yang meliputi; proses penguraian atau penyusunan oleh agen hayati.
- Output yaitu produk baik berupa barang dan/atau jasa, seperti; alkohol, enzim, antibiotika, hormon, pengolahan limbah.
Gambar 1: Skema Proses Bioteknologi
Sejarah Bioteknologi
Bioteknologi dalam artian
pemanfaatan mikroorganisme untuk mengolah makanan dan minuman, telah dikenal
sejak jaman dahulu sebelum masehi. Orang mesir kuno telah mengenal pemanfaatan
mikroorgansime untuk membuat bir, anggur, vinegar, keju, tuak, yoghurt dsb.
Bioteknologi telah mengalami perkembangan sesuai jamannya untuk memproduksi;
alkohol, penisilin, dan akhirnya antibodi monoklonal.
Prospek ke depan, terdapat indikasi
bahwa perkembangan penerapan bioteknologi dalam segala bidang kehidupan akan
semakin meningkat dengan didukung oleh penemuan-penemuan baru dan penerapan
metode-metode baru. Kemajuan yang sangat menggembirakan dalam bioteknologi
adalah penerapan rekayasa genetika dengan menyisipkan gen-gen tertentu yang
dikehendaki kedalam sel yang telah dikultur dengan tujuan untuk memproduksi
insulin dan/atau beberapa hormon pertumbuhan dalam skala besar. Demikian pula
penggunaan antibodi monoklonal sangat meluas baik untuk penelitian maupun uji
klinis termasuk diagnosis dan bahkan upaya mencapai target spesifik untuk
pengobatan.
Perencanaan strategis dalam
Bioteknologi: kompetensi menguasai bioteknologi dapat tercapai manakala
pembinaan sumber daya manusia diorientasikan pada kompetensi meneliti dan
menerapkan metode-metode mutakhir bioteknologi. Kemampuan menguasai dan
mengaplikasikan metode-metode mutakhir bioteknologi seperti: kultur jaringan,
rekayasa genetik, hibridoma, kloning, dan polymerase chains reaction
(PCR) secara prospektif akan mampu menghasilkan produk-produk penemuan baru.
Perkembangan Bioteknologi
1. Bioteknologi konvensional
Ciri-ciri bioteknologi konvensional;
kurang steril, jumlah sedikit (terbatas), kualitas belum terjamin. Contoh:
industri tempe, tape, anggur, yoghurt, dsb.
2. Bioteknologi modern
Ciri-ciri bioteknologi modern;
steril, produksi dalam jumlah banyak (massal), kualitas standar dan terjamin.
Selain itu, bioteknologi modern tidak terlepas dengan aplikasi metode-metode
mutakhir bioteknologi (current methods of biotecnology) seperti:
1)
Kultur jaringan merupakan suatu metode untuk memperbanyak jaringan/sel yang
berasal atau yang didapat dari jaringan orisinal tumbuhan atau hewan setelah
terlebih dahulu mengalami pemisahan (disagregasi) secara mekanis,
atau kimiawi (enzimatis) secara in vitro (dalam tabung kaca).
2)
Teknologi DNA rekombinan (recombinant DNA technology) adalah suatu
metode untuk merekayasa genetik dengan cara menyisipkan (insert) gena
yang dikehendaki ke dalam suatu organisme. Transgenik adalah suatu metode untuk.
Rekayasa protein (protein engineering).
3)
Hibridoma adalah suatu metode untuk menggabungkan dua macam sel eukariot dengan
tujuan mendapatkan sel hibrid yang memiliki kemampuan kedua sel induknya.
4)
Kloning adalah suatu metode untuk menghasilkan keturunan yang dikehendaki sama
persis dengan induknya.
5) Polymerase
chains reaction (PCR) merupakan metode yang sangat sensitif untuk
mendeteksi dan menganalisis sekuen asam nukleat. RT-PCR untuk memperbanyak
(amplifikasi) rantai RNA menjadi DNA; tissue/cells ® extracted ®
RNA/mRNA ® rT-PCR ® copy DNA (cDNA).
6)
Hibridisasi DNA adalah metode untuk menyeleksi sekuen DNA dengan menggunakan
probes DNA untuk hibridisasi (pencangkokan) rantai DNA. Pita ganda (double
stranded, ds) DNA secara artifisial dapat dipisahkan dengan pemanasan atau
agen kimia untuk mendapatkan pita tunggal (single stranded, ss), disebut
proses denaturasi. Dengan pendinginan dan terkontrol, pita yang terpisah dapat
disatukan lagi (reanneal) tetapi hanya dalam sekuen komplementer.
7) Northern
blot analysis adalah metode untuk analisis sekuen asam amino messenger RNA
(mRNA).
8) Western
blot analysis adalah metode untuk analisis sekuen asam amino DNA.
Biasanya tahapan meliputi; seleksi
dan penyaringan ® pemeliharaan kultur ® propagasi.
Produk-Produk yang Dihasilkan dari
Pemanfaatan Aplikasi Bioteknologi
1. Aplikasi pada bidang
pertanian:
Aplikasi bioteknologi untuk
pertanian menawarkan berbagai keuntungan. Perbaikan sifat tanaman dapat
dilakukan dengan teknik modifikasi genetik dengan bioteknologi melalui rekayasa
genetika. Keuntungan potensial bioteknologi pertanian antara lain:
- potensi hasil panen yang lebih tinggi,
- mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida,
- toleran terhadap cekaman lingkungan,
- pemanfaatan lahan marjinal,
- identifikasi dan eliminasi penyakit di dalam makanan ternak,
- kualitas makanan dan gizi yang lebih baik, dan perbaikan defisiensi mikronutrien.
Sehingga akan :
- Meningkatkan produksi pangan misalnya dengan menciptakan kultivar unggul seperti tanaman padi dan tanaman semusim sehingga dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.
- Meningkatkan produksi dan kualitas melalui transgenic antara lain kapas, jagung, dll.
- Mempercepat swasembada jagung dengan jagung yang dihasilkan mempunyai kualitas yang lebih baik dan kebal terhadap hama
1. Untuk peningkatan produksi
pangan;
1)
Tanaman tahan hama;
2)
Ternak yang dapat memproduksi asam amino tertentu.
3)
Pengolahan makanan; tempe, tape, oncom, kecap.
4)
Pengolahan minuman; anggur, bir, yoghurt, tuak, brem, dsb.
2. Aplikasi pada bidang
peternakan:
Aplikasi bioteknologi dalam bidang
peternakan menawarkan berbagai keuntungan antara lain:
- Meningkatkan produksi peternakan
- Meningkatkan efisiensi dan kualitas pakan seperti manipulasi mikroba rumen
- Menghasilkan embrio yang banyak dalam satu kali siklus reproduksi
- Menciptakan jenis ternak unggul
3. Aplikasi pada bidang
perikanan:
Aplikasi bioteknologi dalam bidang
periakanan menawarkan berbagai keuntungan antara lain:
- Menyediakan benih dan induk ikan
- Meningkatkan system kekbalan ikan dengan menggunkana vaksin, imunostimulan, probiotik dan bioremediasi.
Aplikasi probiotik pada pakan atau
dalam lingkungan perairan budidaya sebagai penyeimbang mikroba dalam pencernaan
dan lingkungan perairan.
4. Aplikasi pada bidang
kesehatan dan pengobatan:
Aplikasi bioteknologi dalam bidang
kesehatan dan pengobatan telah mandatangkan manfaat antara lain:
1)
Memproduksi obat-obatan terhadap penyakit infeksi (antibiotik) seperti;
penisilin, streptomysin.
2) Memproduksi
vaksin untuk pencegahan jenis penyakit tertentu sesuai dengan jenis vaksinnya
seperti; polio, cacar, hepatitis-B, TBC dsb. Selain pada manusia, vaksin juga
digunakan untuk melindungi ternak (ayam, sapi dsb) dari serangan berbagai
penyakit menular.
3)
Memproduksi zat kebal antibody untuk diagnosis penyakit, penelitian dan terapi.
Antibodi monoclonal.
4)
Untuk terapi gen misalnya untuk terapi penyakit genetis (bawaan).
5)
Untuk memproduksi hormon; Insulin untuk terapi penderita kencing manis.
6)
Untuk terapi gen; Sel somatis (somatic gene therapy); sel darah atau
otot, terapi penyakit genetis (bawaan). Sel embrional (Germ line gene
therapy);
Aplikasi pada bidang lingkungan
Aplikasi bioteknologi dalam bidang
lingkungan antara lain:
- Untuk pengolahan limbah
- Pelestarian plasma nutfah
DAFTAR PUSTAKA
Anonim (-). Manual of
Progesterone Enzyme Immunoassay Kit. USA: Cayman Chemical Company.
——– (1995). Instruction Manual
OmniTags: Universal Streptavidin/Biotin Affinity Immnunostaining Systems. USA:
Lipshaw.
Artama, W.T. (1990). Teknik
Hibridoma untuk Porduksi Antibodi Monoklonal. Makalah Kursus
Immuno-bioteknologi. Yogyakarta: PAU UGM.
Boenisch, T. (1989). Staining
Methods. Dalam: Nais S.J., (ed.): Immunochemical Staining Methods. USA:
Dako Corps.
Heru Nurcahyo (1997). Strategi
Pengembangan Sumber Daya Manusia Berorientasi pada Penguasaan Bioteknologi Cakrawala
Pendidikan. Edisi Khusus Dies Mei , 1997.
——-, & Soejono, S.K. (2001).
Pengaruh Curcumin dan Pentagamavunon-0 (PGV0) terhadap Steroidogenesis yang
Dihasilkan oleh Kultur Sel Granulosa Berbagai Ukuran Folikel. Mediagama.
Vol. III, No. 3. Hal.: 1-11.
Primrose, S.B. (1987). Modern
Biotechnology. Oxford: Blackwell Scientific Publications.
Pringgo Soedigdo (1992). Menyiapkan
Para Ahli Biologi Guna Dapat Ikut dalam Pembangunan Bioteknologi di Indonesia. Makalah
Seminar Biologi Molekuler 1995. Bandung: Kerjasama ITB dan Dirjen Dikti.
Roitt, I.M. (1990). Pokok-pokok
Ilmu Kekebalan. P.T. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Shupnik, M.A. (1999). Introduction
to Molecular Biology. In: Fauser, B.C.J.M., Rutherford, A.J., Strauss, III.,
J.F., and Van Steirteghem, A. (eds.) Molecular Biology in Reproductive
Medicine. The Parthenon Publishing Group.
Takayama, K., Fukaya, T., Sasano,
H., Funayama, Y., Suzuki, T., Takaya, R., Wada, Y., and Yajima, A. (1996).
Immunohistochemical Study of Steroidogenesis and Cell Proliferation in
Polycystic Ovarian Syndrome. Hum. Reprod. Vol. 11, No.7. pp.: 1387-92.
Yalow, R.S. (1998). Radioimmunoassay
of Hormones. In: Wilson, J.D., & Foster, D.W. (eds.) Williams Textbook
of Endocrinology. 8th.ed. W.B. Saunders Company.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar