Masih teringat dibenak kita, tentang kisah Bilal bin
Rabah r.a. Ketika Bilal sang budak ketahuan oleh tuannya yaitu Umayyah bin
Khalaf bahwa dia telah meninggalkan agama nenek moyangnya dan
menjadi pengikut Nabi Muhammad, betapa murkanya Umayyah dan langsung membawa
Bilal ke tengah
padang pasir yang gersang. Di bawah
terik mata hari yang panas membakar kulit. bilal ditelanjangi
disertai dengan tindihan batu besar diatas tubuhnya yang kurus, sambil tidak henti-hentinya dicambuk.
Bilal dipaksa supaya kembali kepada ajaran nenek moyangnya dan meninggalkan ajaran Muhammad, tapi apa yang terjadi tidak ada satu katapun pengingkaran Bilal terhadap 'keyakinan' yang telah diperolehnya dari Rasulullah. Dan kata yang keluar dari mulut Bilal yang telah berdarah-darah hanyalah
perkataan: ,,......ahad??.ahad??..ahad?????."
Tentulah hal itu semakin membuat tuannya naik pitam
dan tanpa ampun lagi Bilal terus disiksa, dengan harapan dia akan jera dan
ketakutan. Menghadapi siksaan berat seperti itu Bilal bukannya murtad tapi
dia malah semakin kokoh 'keyakinan'-nya bahwa Islam-lah agama yang benar
bukan agama pantheismenya orang-orang Quraisy. Bahkan dia rela meskipun harus
mati karena mempertahankan 'keyakinan' Islamnya itu.
Mendengar peristiwa penyiksaan itu, salah seorang
sahabat besar Rasulullah yaitu Abu Bakar segera datang ketempat itu dan
menemui Umayyah bin Khalaf lalu menanyakan tentang perihal Bilal, seandainya
Umayyah mau menjual Bilal, pasti Abu
Bakar akan membelinya tanpa penawaran dengan harga
berapapun yang Umayyah inginkan.
Akhirnya Abu Bakar pun membayar kepada Umayyah bin Khalaf sesuai dengan harga yang diinginkannya, lalu Bilal pun dimerdekakan.
Itulah mungkin sekelumit kisah tentang betapa dahsyatnya "KEYAKINAN" yang telah terpatri di dalam kalbu, sampai sampai siksaan sepedih apapun tidak
Itulah mungkin sekelumit kisah tentang betapa dahsyatnya "KEYAKINAN" yang telah terpatri di dalam kalbu, sampai sampai siksaan sepedih apapun tidak
mampu membuat Bilal bergeming dan murtad meskipun
nyawa taruhannnya.
Sekarang telah terbukti kan betapa
dahsyatnya KEYAKINAN ILAHIYYAH sehingga
mampu membentengi seseorang dari hasutan setan.
Dari fakta di atas
telah nyata, bahwa sikap seseorang
merupakan cerminan KEYAKINAN
yang berada di dalam kalbunya, seperti kata pepatah, dengan
keyakinan orang mampu memindahkan gunung. Dari fenomena fenomena di atas
jelaslah bahwa SIKAP seseorang ditentukan oleh KEYAKINANnya bukan oleh ilmunya.
Bila kita melihat seorang sarjana agama ternyata ia berzina, yang salah itu bukan
sikapnya tapi keyakinannya. Atau misalnya seorang bendahara perusahaan yang mengerti betul tentang keuangan ternyata dia korupsi yang salah itu bukan sikapnya
tetapi keyakinannya. Sebanyak apapun ilmu itu tidak
berpengaruh terhadap perubahan sikap selama ilmu-ilmu tersebut tidak diolah menjadi keyakinan dan dibenamkan didalam kalbu kita.
rEnunGkaN: Seorang ustadz, lulusan suatu pesantren yang sama, dalam waktu
yang sama, apakah akan mempunyai SIKAP akhlaq yang sama?
CONTOH-CONTOH
KEDAHSYATAN KEYAKINAN
Dibawah ini ada beberapa contoh-contoh keyakinan terlepas itu keyakinan yang baik(Ilahiyyah) atau
bukan.
·
Semua
Agama Baik
Karena keyakinan inilah bayak orang tua yang membiarkan anaknya pindah agama, dengan alasan tidak ada agama yang mengajarkan keburukan, semuanya mengajarkan kebaikan. Padahal Al-Qur?an
telah menegaskan hanya Islamlah agama yang diridhai Allah. (QS. 3 : 19, 85)
·
Ketentuan
Allah pasti Baik
Dengan memiliki keyakinan ini kita tidak akan
buruk sangka kepada Allah, akan sabar dan ikhlas
menerima takdir dan musibah. Malam dan siang,
sama.
Ketika sakit dan ketika sehat,
sama.
·
Murtad
= Neraka
Dengan keyakinan ini tidak mungkin
orang mau melepas aqidahnya meskipun diiming-imingi uang dan kekayaan.
Seperti halnya kisah Bilal bin Rabah di
atas dia lebih rela mati dari pada harus murtad.
·
Mati Hanya Soal Waktu
Dahsyatnya hal ini jika sudah jadi keyakinan
Ilahiyyah, maka kita tidak akan tenggelam dalam keindahan dunia dan akan
terus mempersiapan bekal
sebanyak-banyaknya untuk di akhirat kelah
sesudah kematian. Minggu lalu saya
bersama seorang kawan, ia memang
seorang direktur lembaga
terkenal, kita menengok seorang kawan yang dirawat di sebuah rumah
sakit di Bandung, kawan kita menderita
paru-paru basah akut dan sudah
bernanah.
Sementara ginjal mengantri untuk diagnosa. Istri dan
keluarganya sudah tidak berkata banyak, karena dokter sudah isyarat bahwa
usianya sudah
menjelang 'maghrib'. Seorang saudaranya bercerita
bahwa ia punya hobby main kartu dan minum alkohol. Oh, ia belum punya
keyakinan bahwa bekal kematian lebih penting daripada bekal hari tua. Kataku
kepada kawanku yang direktur:,, iqro-mu apa mas, tentang kondisi kawan kita
yang barusan kita
lihat?" Lama ia menjawab:,, apa artinya
pendidikan tinggi yang memberikan simbol kita kaya ilmu, tetapi ternyata ilmu
itu belum diolah sebagai suatu
keyakinan. Aku yakin bahwa dia
tahu kalau hobby main kartu larut malam
dan minum alkohol itu tidak
baik, dia tahu itu, tapi
sayang dia tidak punya
keyakinan bahwa yang ida lakukan membahayakan
dirinya. Kita berjalan pelan di koridor
rumah sakit:,, apa artinya kekayaan,
gelar pendidikan, jabatan
yang ia punya kalau keadaannya
sudah seperti itu.".
Bagaimana penadapat anda, kalau seandainya andalah
yang mengalami hal seperti ini?
Wassalamu'alaikum Wr Wb
Pesantren al-Quran dan Teknologi DURIYAT MULIA
http://www.duriyat.or.id. email: duriyat@bdg.centrin.net.id.
dliya cibutdawaryo/puspita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar