Jumat, 16 Desember 2011

INTERAKSI, KEDUDUKAN RELUNG EKOLOGI DAN NICHE SPESIES




INTERAKSI, KEDUDUKAN RELUNG EKOLOGI DAN NICHE SPESIES

Organisme tidak dapat hidup sendiri di alam, tetapi selalu bersama-sama dengan spesies lain, akan tetapi pada beberapa spesies, kehadiran spesies lain tidak berpengaruh, tetapi pada beberapa kasus, spesies-spesies tersebut akan saling berinteraksi. Keberadaan interaksi ini menuju satu arah yaitu populasi suatu spesies akan berubah dengan kehadiran spesies kedua
Istilah relung (nische) pertama kali dikemukakan oleh Joseph Grinnell pada tahun 1917. Menurut Grinner, relung merupakan bagian dari habitat yang disebut dengan mikrohabitat. Dengan pandangan seperti ini, Grinnell mengatakan bahwa setiap relung hanya dihuni oleh satu spesies. Pandangan relung yang dikemukakan oleh Grinnell inilah yang disebut dengan relung habitat. Contoh, jika kita mengatakan relung habitat dari kalajengking, maka kita akan menjelaskan mikrohabitat kalajengking tersebut. Dengan demikian kitaharus menjelaskan pada suhu dan kelembaban berapa kalajengking hidup, apakah dia tahan terhadap cahaya atau tidak, apakah dia hidup di tanah dalam lubang, atau di pohon, dan sebagainya.
Setelah Grinnell, Charles Elton (1927) secara terpisah menyatakan bahwa relung merupakan fungsi atau peranan spesies di dalam komunitasnya. Maksud dari fungsi dan peranan ini adalah kedudukan suatu spesies dalam komunitas dalam kaitannya dengan peristiwa makan memakan dan pola-pola interaksi yang lain. Inilang yang disebut dengan relung trophik. Sebagai contoh kalau kita menyatakan relung trophik dari katak sawah, maka kita harus menjelaskan bahwa katak itu makan apa dan dimakan oleh siapa, apakah dia herbivore, karnivora, atau omnivore, apakah dia bersifat competitor bagi yang lain, dll.
Berbeda dengan Elton, maka Hutchinson(1958) menyatakan bahwa relung adalah kisaran berbagai variabel fisik dan kimia serta peranan biotik yang memungkinkan suatu spesies dapat survival dan berkembang di dalam suatu komunitas. Inilah yang disebut dengan relung multidimensi (hipervolume). Sependapat dengan pengertian relung ini, maka Kendeigh (1980) menyatakan bahwa relung ekologik merupakan gabungan khusus antara factor fisiko kimiawi (microhabitat) dengan kaitan biotik (peranan) yang diperlukan oleh suatu spesies untuk aktifitas hidup dan eksistensi yang terus menerus di dalam komunitas. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa relung multidimensi merupakan gabungan dari relung habitat dan relung trophik. Sebagai contoh, kalau menyatakan relung multidimensi dari tikus sawah, berarti kita menjelaskan tentang mikrohabitatnya dan sekaligus menjelaskan tentang apa makanannya dan siapa predatornya, dll.
relung ekologi (ecological niche) adalah jumlah total semua penggunaan sumberdaya biotik dan abiotik oleh organisme di lingkungannya. Salah satu cara unuk menangkap konsep itu adalah melalui analogi yang dibuat oleh ahli ekologi Eugene Odum :
Jika habitat suatu organisme adalah alamatnya, relung adalah pekerjaannya. Dengan kata lain, relung suatu organisme adalah peranan ekologisnya bagaimana ia “cocok dengan” suatu ekosistem. Relung suatu populasi kadal pohon tropis, misalnya terdiri dari banyak variabel, antara lain kisaran suhu yang dapat ia tolerir, ukuran pohon dimana ia bertengger, waktu siang hari ketika ia aktif, serta ukuran dan jenis serangga yang ia makan.
Istilah relung fundamental (fundamental niche) mengacu pada kumpulan sumberdaya yang secara teoristis mampu digunakan oleh suatu populasi dibawah keadaan ideal. Pada kenyataannya, masing-masing populasi terlibat dalam jaring-jaring interaksi dengan populasi spesies lain, dan pembatas biologis, seperti kompetisi, predasi, atau ketidakhadiran beberapa sumberdaya yang dapat digunakan, bisa memaksa populasi tersebut untuk hanya menggunakan sebagian relung fundamentalnya. Sumberdaya yang sesungguhnya digunakan oleh suatu populasi secara kolektif disebut relung realisasi (realized niche)–nya.
Sekarang kita dapat menyatakan kembali prinsip eksklusi kompetitif untuk menyatakan bahwa dua spesies tidak dapat hidup bersama-sama dalam suatu komunitas jika relungnya identik. Akan tetapi, spesies yang secara ekologis serupa, dapat hidup bersama-sama dalam suatu komunitas, jika terdapat satu atau lebih perbedaan yang berarti dalam relung mereka.
Bila dua spesies bergantung pada sumber tertentu dalam lingkungannya, maka mereka saling bersaing untuk mendapatkan sumber tersebut. Yang paling sering terjadi, sumber yang diperebutkan tersebut adalah makanan, tetapi dapat pula hal-hal seperti tempat berlindung, tempat bersarang, sumber air, dan tempat yang disinari matahari (untuk tumbuhan). Semua persyaratan ekologis suatu spesies merupakan relung ekologis spesies tersebut.
Relung ekologis suatu organisme harus tersedia di dalam habitatnya. Akan tetapi, konsep relung menyangkut pertimbangan yang tidak hanya sekedar tempat tinggal organisme. Kedudukan yang ditempati oleh suatu spesies di dalam jaring-jaring makanan merupakan faktor utama dalam menentukan relung ekologisnya. Tetapi faktor lain juga ikut terlibat. Sebagai contoh kisaran suhu, kelembaban, salinitas dan sebagainya, yang dapat diterima oleh setiap dua spesies dalam suatu habitat untuk ikut menentukan relung ekologisnya. Dengan mengetahui alamat (habitat) seseorang, maka kita tahu ke mana kita cari orang tersebut, tetapi jika kita mengetahui pekerjaan, hobi, dan cara-cara bagaimana orang itu bergaul dengan orang lain dalam masyarakat, kita akan mengetahui lebih banyak lagi mengenai orang tersebut. Demikian pula, relung ekologis seekor hewan meliputi semua aspek dari kedudukan yang ditempati oleh hewan tersebut di dalam ekosistem tempat ia hidup.
Niche adalah jumlah persyaratan habitat yang memungkinkan suatu spesies untuk bertahan dan menghasilkan keturunan
Definisi singkat dari niche adalah bagaimana sebuah organisme membuat kehidupan. Niche ekologi menjelaskan bagaimana organisme atau populasi menanggapi distribusi sumber daya dan pesaing (misalnya, dengan menumbuhkan ketika sumber daya yang melimpah, dan ketika predator, parasit dan patogen langka) dan bagaimana hal itu pada gilirannya mengubah faktor-faktor yang sama (misalnya, membatasi akses ke sumber daya dengan organisme lain, bertindak sebagai sumber makanan bagi predator dan konsumen mangsa). Spesies yang berbeda tidak dapat menempati niche yang sama (atau guild). niche adalah segmen yang sangat spesifik ecospace ditempati oleh spesies tunggal.
Terdapat tiga pendekatan utama bagi pembentukan populasi baru tumbuhan maupun hewan, yaitu:
  1. Reintroduksi yaitu upaya melepaskan organisme hasil penangkaran atauun tangkapan ke daerah sebaran asal yang pernah mengalami kepunahan spesies tersebut. Tujuannya adalah untuk menciptakan populasi bari di lingkungan asalnya dan memperbaiki ekosistem yang rusak.
  2. Penambahan (Augmentasi) yaitu upaya melepas individu beri ke suatu populasi untuk menambah atau meningkatkan ukuran populasi tersebut maupun kumpulan gennya. Individu yang dilepaskan tersebut dapat berupa hasil dari penangkapan maupun penangkaran.
  3. Introduksi yaitu mencakup pemindahan satwa dan tumbuhan ke daerah diluar sebaran alaminya. Pendekatan ini perlu dilakukan bila lokasi mengalami kerusakan sehingga spesies tersebut tidak mampu bertahan atau mengalami degradasi sehingga menyulitkan keberlangsungan hidup spesies tersebut.

-QUESTION-
       BERIKAN PEMBAHASAN MENGAPA INTERAKSI SPESIES, KEDUDUKAN RELUNG EKOLOGI DAN NICHE MASING MASING SPESIES PENTING BAGI KEBERHASILAN 3 PROGRAM PEMBENTUKAN POPULASI BARU (REINTRODUKSI, AUGMENTASI DAN INTRODUKSI)

-    ANSWERS-
Jadi dapat disimpulkan bahwa hubungan antara interaksi, kedudukan relung ekologi dan niche sangat berperan penting dalam keberhasilan 3 program pembentukan populasi baru. Interaksi sendiri merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan organisme. Organisme tidak dapat hidup sendiri sendiri melainkan bersama-sama dengan yang lainnya dan melakukan interaksi. Interaksi disini sangat berpengaruh pada program Reintroduksi yang bertujuan untuk menciptakan populasi baru di lingkungan asalnya. Dengan adanya interaksi maka populasi suatu spesies akan berubah dengan kehadiran spesies kedua. Tidak hanya reintroduksi, interaksi pun berperan dalam program introduksi karena dalam program introduksi  merpakan program pemindahan satwa dan tumbuhan ke daerah luar sebaran alaminya. Dengan adanya interaksi yang baik antar spesies maka program ini akan berjalan baik karena spesies dapat beradaptasi dengan baik dan tidak menyebabkan kepunahan kerana dapat bertahan di populasi yang baru.
Sedangkan kedudukan relung ekologis sangat berperan dalam program penambahan (augmentasi) karena relung ekologis sendiri berperan sangat penting dalam kehidupan suatu organisme. Kedudukan Relung ekologi mempertimbangkan banyak hal yang tidak hanya tempat tinggal organisme. Kedudukan relung ekologi dalam jaring-jaring makan merupakan faktor yang penting dalam penambahan dan meningkatkan ukuran dari organisme tersebut. Tetapi faktor lain juga ikut terlibat. Sebagai contoh kisaran suhu, kelembaban, salinitas dan sebagainya, yang dapat diterima oleh setiap dua spesies dalam suatu habitat untuk ikut menentukan relung ekologisnya. Sehingga dengan melepaskan individu yang baru ke dalam suatu populasi dan menempatkan organisme dalam relung ekologi yang sesuai maka program penambahan (augmentasi) akan berjalan lancar.
Sedangkan niche merupakan kemampuan suatu spesies untuk bertahan dan menghasilkan keturunan. Definisi niche sendiri adalah bagaimana organisme atau populasi menanggapi distribusi sumber daya dan pesaing di dalam habitatnya. Pengaruh niche sendiri dalam program introduksi adalah bagaimana kemampuan organisme menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Pendekatan dengan metode introduksi dilakukan apabila tempat asal spesies mengalami kerusakan yang menyebabkan penurunan populasi tidak bisa dihambat. Jikan niche masing-masing spesies berjalan dengan baik dan dapat bertahan pada daerah baru maka penurunan populasi bisa dihindari.
Relung (niche) dalam ekologi merujuk pada posisi unik yang ditempati oleh suatu spesies tertentu berdasarkan rentang fisik yang ditempati dan peranan yang dilakukan di dalam komunitasnya. (Morris, 1992). Konsep ini menjelaskan suatu cara yang tepat dari suatu organisme untuk menyelaraskan diri dengan lngkungannya. Habitat adalah pemaparan tempat suatu organisme  dapat ditemukan, sedangkan relung adalah pertelaan lengkap bagaimana suatu organisme berhubungan dengan lingkungan fisik dan biologisnya (Chapman, 2000). Ekologi dari suatu individu mencakup variabel biotik (makhluk hidup seperti tumbuhan, hewan, manusia, baik yg mikro maupun yg makro) dan abiotik (benda tidak hidup) (Mcharthur, 2006). Relung menentukan bagaimana spesies memberi tanggapan terhadap ketersediaan sumberdaya hidup dan keberadaan pesaing dan pemangsa dalam suatu ekosistem (Lomolino, 1998).
Kata "relung" mulai mendapat arti ilmiah pada tahun 1933 oleh tulisan Charles Sutherland Elton, seorang ahli ekologi yang mempelajari ekologi komunitas dan populasi, lewat pernyataannya, "relung suatu organisme adalah mode dari kehidupan organisme tersebut dalam hal peran atau profesinya dalam suatu komunitas manusia." Konsep modern dari relung dicetuskan oleh G. Evelyn Hutchinson, seorang ahli zoologi, pada tahun 1957, yang berpendapat bahwa relung adalah cara-cara di mana toleransi dan kebutuhan berinteraksi untuk mendefinisikan kondisi dan sumber daya alam yang dibutuhkan oleh suatu individu atau suatu spesies untuk menjalankan kehidupannya (Begon et al, 2006).
Dimensi relung adalah toleransi terhadap kondisi-kondisi yang bervariasi (kelembapan, pH, temperatur, kecepatan angin, aliran air, dan sebagainya) dan kebutuhannya akan sumber daya alam yang bervariasi. Di alam, dimensi relung suatu spesies bersifat multidimensi. Relung dua dimensi contohnya adalah hubungan temperatur dan salinitas sebagai bagian dari relung kerang di pasir. Untuk relung tiga dimensi, contohnya adalah hubungan temperatur, pH, dan ketersediaan makanan sebagai bagian dari relung suatu organism (Begon et al, 2006).
Suatu spesies biasanya memiliki relung yang lebih besar pada saat ketidakhadiran predator dan kompetitor. Dengan kata lain, ada beberapa kombinasi terntentu dari kondisi dan sumber daya alam yang dapat membuat suatu spesies mempertahankan viabilitas (kehidupan) populasinya, hanya bila tidak sedang diberi pengaruh merugikan oleh musuh-musuhnya. Atas dasar ini, Hutchinson membedakan antara relung fundamental dengan relung realitas. Relung fundamental adalah gambaran dari potensi keseluruhan suatu spesies. Sementara relung realitas menggambarkan spektrum yang lebih terbatas akan kondisi-kondisi dan sumber daya alam yang dibutuhkan untuk bertahan, bahkan dengan kehadiran kompetitor dan predator (Begon et al, 1996).
Relung atau niche merupakan tempat makhluk hidup berfungsi di habitatnya, bagaimana cara hidup, atau peran ekologi makhluk hidup tersebut. Jadi pada dasarnya makhluk hidup secara alamiah akan memilih habitat dan relung ekologinya sesuai dengan kebutuhannya, dalam arti bertempat tinggal, tumbuh berkembang dan melaksanakan fungsi ekologi pada habitat yang sesuai dengan kondisi lingkungan (misalnya iklim), nutrien, dan interaksi antara makhluk hidup yang ada (Anonim, 20).

Dicetuskan oleh Hutchinson (1957) atas dasar kondisi fisikokimia (faktor-faktor lingkungan). Niche Pokok (Fundamental niche) adalah beberapa kondisi fisikokimia yang masih memungkinkan suatu organisme atau populasi dapat hidup. Sedangkan Niche Sesungguhnya (Realized niche)adalah kondisi fisikokimia yang ditempati oleh organisme atau populasi tertentu secara bersamaan.
Istilah relung fundamental mengacu pada kumpulan sumber daya yang secara teoretis mampu digunakan oleh suatu populasi di bawah keadaan ideal. Pada kenyataannya, masing-masing populasi terlibat dalam jarring-jaring interaksi dengan populasi spesies lain, dan pembatas biologis, seperti kompetisi, predasi, atau ketidakhadiran beberapa sumber daya yang dapat digunakan, bias memaksa populasi tersebut untuk hanya menggunakan sebagian relung fundamentalnya. Sumber daya yang sesungguhnya digunakan oleh suatu populasi secara kolektif disebut relung realisasi (realized niche)-nya (Campbell, 2002).
Sekarang, kita dapat menyatakan kembali prinsip eksklusi kompetitif untuk menyatakan bahwa 2 spesies tidak dapat hidup bersama-sama dalam suatu komunitas jika relungnya identik. Akan tetapi, spesies yang secara ekologis serupa, dapat hidup bersama-sama di dalam suatu komunitas, jika terdapat satu atau lebih perbedaan yang berarti dalam relung mereka (Campbell, 2002).

Relung ekologi (ecological niche) adalah jumlah total semua penggunaan sumberdaya biotik dan abiotik oleh organisme di lingkungannya. Salah satu cara unuk menangkap konsep itu adalah melalui analogi yang dibuat oleh ahli ekologi Eugene Odum :
Jika habitat suatu organisme adalah alamatnya, relung adalah pekerjaannya. Dengan kata lain, relung suatu organisme adalah peranan ekologisnya bagaimana ia “cocok dengan” suatu ekosistem. Relung suatu populasi kadal pohon tropis, misalnya terdiri dari banyak variabel, antara lain kisaran suhu yang dapat ia tolerir, ukuran pohon dimana ia bertengger, waktu siang hari ketika ia aktif, serta ukuran dan jenis serangga yang ia makan.
Istilah relung fundamental (fundamental niche) mengacu pada kumpulan sumberdaya yang secara teoristis mampu digunakan oleh suatu populasi dibawah keadaan ideal. Pada kenyataannya, masing-masing populasi terlibat dalam jaring-jaring interaksi dengan populasi spesies lain, dan pembatas biologis, seperti kompetisi, predasi, atau ketidakhadiran beberapa sumberdaya yang dapat digunakan, bisa memaksa populasi tersebut untuk hanya menggunakan sebagian relung fundamentalnya. Sumberdaya yang sesungguhnya digunakan oleh suatu populasi secara kolektif disebut relung realisasi (realized niche)–nya.
Sekarang kita dapat menyatakan kembali prinsip eksklusi kompetitif untuk menyatakan bahwa dua spesies tidak dapat hidup bersama-sama dalam suatu komunitas jika relungnya identik. Akan tetapi, spesies yang secara ekologis serupa, dapat hidup bersama-sama dalam suatu komunitas, jika terdapat satu atau lebih perbedaan yang berarti dalam relung mereka.
Bila dua spesies bergantung pada sumber tertentu dalam lingkungannya, maka mereka saling bersaing untuk mendapatkan sumber tersebut. Yang paling sering terjadi, sumber yang diperebutkan tersebut adalah makanan, tetapi dapat pula hal-hal seperti tempat berlindung, tempat bersarang, sumber air, dan tempat yang disinari matahari (untuk tumbuhan). Semua persyaratan ekologis suatu spesies merupakan relung ekologis spesies tersebut.
Habitat dan relung. Tempat hidup seekor hewan disebut habitatnya, sejumlah habitat umum , antara lain: tanah berlumpur, bendungan, kuala, gurun, dan sebagainya. Dalam golongan-golongan besar ini terdapat pembagian-pembagian lagi. Jadi beberapa hewan di daerah tepi danau meliang di dalam lumpur sedangkan yang lain hidup di antara tumbuhan ini. Subdivisi habitat demikian itu disebut mikrohabitat.
Relung ekologis suatu organisme harus tersedia di dalam habitatnya. Akan tetapi, konsep relung menyangkut pertimbangan yang tidak hanya sekedar tempat tinggal organisme. Kedudukan yang ditempati oleh suatu spesies di dalam jaring-jaring makanan merupakan faktor utama dalam menentukan relung ekologisnya. Tetapi faktor lain juga ikut terlibat. Sebagai contoh kisaran suhu, kelembaban, salinitas dan sebagainya, yang dapat diterima oleh setiap dua spesies dalam suatu habitat untuk ikut menentukan relung ekologisnya. Dengan mengetahui alamat (habitat) seseorang, maka kita tahu ke mana kita cari orang tersebut, tetapi jika kita mengetahui pekerjaan, hobi, dan cara-cara bagaimana orang itu bergaul dengan orang lain dalam masyarakat, kita akan mengetahui lebih banyak lagi mengenai orang tersebut. Demikian pula, relung ekologis seekor hewan meliputi semua aspek dari kedudukan yang ditempati oleh hewan tersebut di dalam ekosistem tempat ia hidup.
Tiap faktor yang merupakan bagian dari relung suatu spesies[1] biasanya berkisar sekitar suatu kisaran nilai. Jadi tiap organisme dapat menahan suatu kisaran tertentu dari suhu, kelembaban, PH (misalnya tumbuhan atau organisme air) salinitas (misalnya hewan-hewan di kuala), dan sebagainya. Pada umumnya organisme dengan kisaran toleransi yang luas lebih tersebar dibandingkan organisme dengan kisaran yang sempit.
Apakah suatu populasi benar-benar hidup dalam seluruh kisaran toleransinya juga bergantung pada jumlah persaingan antarspesies yang harus dihadapi. Sering terjadi bahwa persaingan antarspesies memaksa suatu spesies untuk hidup lebih dekat dengan batas toleransinya dari yang biasa yang dilakukannya. Jika gulma itu tumbuh sendiri-sendiri, masing-masing tumbuh paling baik di tanah dengan PH antara 5 dan 7. Jika ditanam bersama, persaingan yang hebat antara kedua tumbuhan menyebabkan kedua spesies itu tidak ada yang tumbuh subur di kisaran ini. Tetapi pada PH 4, lobak liar (Raphanus raphanistrum) tumbuh dengan merugikan mustard liar (Sinapsis arvensis), pada PH 8 keadaan terbalik. Kisaran toleransi organisme biasanya tidak tetap seluruh hidupnya. Sebagai contoh, tanaman yang tumbuh dengan baik sering dapat berhasil dipindahkan dan tumbuh dengan memuaskan di tempat benihnya tidak dapat tumbuh atau kecambahnya tidak dapat bertunas. Banyak dari aspek toleransi ini yang telah di analisis pada permulaan abad ini oleh V.E.Shelford, ahli ekologi yang mempelajari jaring-jaring makanan kompleks.
Relung ekologis beberapa organisme itu relatif luas. Burung elang dapat mengubah dietnya sesuai dengan banyaknya beberapa jenis hewan yang dapat dijadikan mangsanya. Sebaliknya relung kumbang buah kapas terlalu sempit makan tanaman kapas. Jika tidak ada tanaman kapas, maka tidak terdapat pula kumbang kapas. Adanya beberapa relung yang sama diberbagai tempat di dunia membantu menjelaskan fenomena evolusi konvergen. Kuskus terbang dan wombat di Australia menghuni suatu relung yang di Amerika Utara dihuni oleh bajing terbang dan sejenis marmot (woodchuck). Sementara relung-relung banyak spesies hewan di suatu komunitas tumpang tindih, mungkin saja tidak akan ada dua spesies yang menempati relung yang benar-benar sama di tempat yang sama pula. jika ini terjadi, maka dapat diduga bahwa satu spesies akan lebih efisien dalam memanfaatkan relung tersebut dari spesies yang lain dan akhirnya akan menggantikan spesies yang kurang efisien tadi.
Azas penyisihan bersaing ini tidak selamanya berlaku. Sebagai contoh, dua spesies insekta menghuni relung yang sama tetapi faktor lain (cuaca, parisitisme, pemangsaan) dapat begitu buruk, sehingga kedua populasi tersebut tidak ada yang dapat menjadi besar untuk mengurangi persediaan makanan. Akan tetapi, pada umumnya, penelitian yang seksama mengenai kebiasaan makan dua spesies yang menempati relung yang sama mengungkapkan adanya perbedaan-perbedaan. Sementara dari tiga burung finch Darwins, Geospiza magnirotris, G. Fortis dan G. Fuliginosa makan makanan yang sama dalam jumlah tertentu, masing-masing juga biji-bijian dengan ukuran yang bisanya tidak dimakan oleh yang lain.
Kapasitas lingkungan yang terbatas untuk menyediakan energi memberi batasan yang absolut terhadap ukuran populasi. Akan tetapi, batasan ini dalam keadaan alamiah tidak pernah dapat dicapai. Tiap sumber makanan dimanfaatkan oleh lebih dari satu spesies. Belalang, kelinci, dan sapi, semuanya bersaing untuk mendapatkan rumput yang ada. Dengan kata lain, kehadiran kelinci mengurangi daya dukung lingkungan, yaitu kelinci, untuk sapi, belalang. Kedua hewan ini pada gilirannya, untuk kelinci dan untuk diri masing-masing. Jadi populasi mereka terkendali oleh persaingan di antara mereka. Dalam keadaan demikian, kita dapat menghargai bahwa tiap sifat yang diturunkan yang mengurangi kekerasan persaingan antarspesies akan melalui seleksi alamiah, cenderung untuk menetap di dalam populasi. Yang biasanya dihasilkan adalah evolusi adaptasi yang meningkatkan efisiensi makan pada spesies itu. Persaingan yang sengit antara dua dari burung finch Darwin, Camarhynchus pauper dan C. Psittacula demi biji dengan ukuran tertentu untuk dimakan, berakibat evolusi bersifat mengarah yang kuat. Hasilnya adalah pergantian ciri dan dengan demikian pengurangan dalam derajat ketumpang tindihan kedua relung mereka sehingga kedua spesies itu sekarang dapat hidup berdampingan.
Akan tetapi, peningkatan efisiensi makan disertai dengan peningkatan spesialisasi dan hasilnya adalah hewan relung tiap spesies menjadi semakin sempit. Kumbang buah kapas dan ngengat dengan belalai panjangnya 25 cm, masing-masing merupakan contoh dari spesialisasi makan yang ekstrim. Relung mereka sempit, tetapi mereka dapat memanfaatkan lebih efisien dari saingannya.
Tumbuhan juga selalu bersaing dengan tumbuhan lain untuk sinar matahari, tanah, air, dan mineral. Untuk mendapatkannya, terdapat banyak adaptasi khusus yang dipakai oleh tumbuhan untuk mengurangi persaingan antarspesies. Spesies dengan sistem akar dangkal mampu berdampingan dengan speies berakar dalam karena masing-masing menyerap di kedalaman yang berlainan. Benih dari spesies yang tahan naungan dapat gagal untuk berkecambah di tempat yang terang karena di situ mereka akan kalah bersaing, dan demikian pula benih spesies yang tak tahan naungan tidak akan berkembang dengan baik di tempat yang banyak naungannya. Di gurun pasir, daun semak rapuh (brettlebush) yang gugur meninggalkan racun di tanah yang menyebabkan tumbuhan lain menjauh. Evolusi epifitisme, tumbuhan liana, dan (pada banyak tumbuhan perdu) pertumbuhan sebelum pohon-pohon hutan berdaun penuh, merupakan adaptasi agar dapat bersaing secara lebih efektif untuk sinar matahari.
[1]Organisme yang dapt melakukan perkawinan dan menghasilkan keturunan fertile, yaitu keturunan yang mampu berkembang biak.
Istilah relung (nische) pertama kali dikemukakan oleh Joseph Grinnell pada tahun 1917. Menurut Grinner, relung merupakan bagian dari habitat yang disebut dengan mikrohabitat. Dengan pandangan seperti ini, Grinnell mengatakan bahwa setiap relung hanya dihuni oleh satu spesies. Pandangan relung yang dikemukakan oleh Grinnell inilah yang disebut dengan relung habitat. Contoh, jika kita mengatakan relung habitat dari kalajengking, maka kita akan menjelaskan mikrohabitat kalajengking tersebut. Dengan demikian kitaharus menjelaskan pada suhu dan kelembaban berapa kalajengking hidup, apakah dia tahan terhadap cahaya atau tidak, apakah dia hidup di tanah dalam lubang, atau di pohon, dan sebagainya.

Relung ekologi (ecological niche) adalah jumlah total semua penggunaan sumberdaya biotik dan abiotik oleh organisme di lingkungannya. Salah satu cara unuk menangkap konsep itu adalah melalui analogi yang dibuat oleh ahli ekologi Eugene Odum. Jika habitat suatu organisme adalah alamatnya, relung adalah pekerjaannya. Dengan kata lain, relung suatu organisme adalah peranan ekologisnya bagaimana ia “cocok dengan” suatu ekosistem.
Istilah relung fundamental (fundamental niche) mengacu pada kumpulan sumberdaya yang secara teoristis mampu digunakan oleh suatu populasi dibawah keadaan ideal. Pada kenyataannya, masing-masing populasi terlibat dalam jaring-jaring interaksi dengan populasi spesies lain, dan pembatas biologis, seperti kompetisi, predasi, atau ketidakhadiran beberapa sumberdaya yang dapat digunakan, bisa memaksa populasi tersebut untuk hanya menggunakan sebagian relung fundamentalnya. Sumberdaya yang sesungguhnya digunakan oleh suatu populasi secara kolektif disebut relung realisasi (realized niche)–nya.
Sekarang kita dapat menyatakan kembali prinsip eksklusi kompetitif untuk menyatakan bahwa dua spesies tidak dapat hidup bersama-sama dalam suatu komunitas jika relungnya identik. Akan tetapi, spesies yang secara ekologis serupa, dapat hidup bersama-sama dalam suatu komunitas, jika terdapat satu atau lebih perbedaan yang berarti dalam relung mereka.
Bila dua spesies bergantung pada sumber tertentu dalam lingkungannya, maka mereka saling bersaing untuk mendapatkan sumber tersebut. Yang paling sering terjadi, sumber yang diperebutkan tersebut adalah makanan, tetapi dapat pula hal-hal seperti tempat berlindung, tempat bersarang, sumber air, dan tempat yang disinari matahari (untuk tumbuhan). Semua persyaratan ekologis suatu spesies merupakan relung ekologis spesies tersebut.
Habitat dan relung. Tempat hidup seekor hewan disebut habitatnya, sejumlah habitat umum , antara lain: tanah berlumpur, bendungan, kuala, gurun, dan sebagainya. Dalam golongan-golongan besar ini terdapat pembagian-pembagian lagi. Jadi beberapa hewan di daerah tepi danau meliang di dalam lumpur sedangkan yang lain hidup di antara tumbuhan ini. Subdivisi habitat demikian itu disebut mikrohabitat.
Relung ekologis suatu organisme harus tersedia di dalam habitatnya. Akan tetapi, konsep relung menyangkut pertimbangan yang tidak hanya sekedar tempat tinggal organisme. Kedudukan yang ditempati oleh suatu spesies di dalam jaring-jaring makanan merupakan faktor utama dalam menentukan relung ekologisnya. Tetapi faktor lain juga ikut terlibat. Sebagai contoh kisaran suhu, kelembaban, salinitas dan sebagainya, yang dapat diterima oleh setiap dua spesies dalam suatu habitat untuk ikut menentukan relung ekologisnya. Dengan mengetahui alamat (habitat) seseorang, maka kita tahu ke mana kita cari orang tersebut, tetapi jika kita mengetahui pekerjaan, hobi, dan cara-cara bagaimana orang itu bergaul dengan orang lain dalam masyarakat, kita akan mengetahui lebih banyak lagi mengenai orang tersebut.
Tiap faktor yang merupakan bagian dari relung suatu spesies[1] biasanya berkisar sekitar suatu kisaran nilai. Jadi tiap organisme dapat menahan suatu kisaran tertentu dari suhu, kelembaban, PH (misalnya tumbuhan atau organisme air) salinitas (misalnya hewan-hewan di kuala), dan sebagainya. Pada umumnya organisme dengan kisaran toleransi yang luas lebih tersebar dibandingkan organisme dengan kisaran yang sempit.
Apakah suatu populasi benar-benar hidup dalam seluruh kisaran toleransinya juga bergantung pada jumlah persaingan antarspesies yang harus dihadapi. Sering terjadi bahwa persaingan antarspesies memaksa suatu spesies untuk hidup lebih dekat dengan batas toleransinya dari yang biasa yang dilakukannya. Jika gulma itu tumbuh sendiri-sendiri, masing-masing tumbuh paling baik di tanah dengan PH antara 5 dan 7. Jika ditanam bersama, persaingan yang hebat antara kedua tumbuhan menyebabkan kedua spesies itu tidak ada yang tumbuh subur di kisaran ini. Tetapi pada PH 4, lobak liar (Raphanus raphanistrum) tumbuh dengan merugikan mustard liar (Sinapsis arvensis), pada PH 8 keadaan terbalik. Kisaran toleransi organisme biasanya tidak tetap seluruh hidupnya. Sebagai contoh, tanaman yang tumbuh dengan baik sering dapat berhasil dipindahkan dan tumbuh dengan memuaskan di tempat benihnya tidak dapat tumbuh atau kecambahnya tidak dapat bertunas. Banyak dari aspek toleransi ini yang telah di analisis pada permulaan abad ini oleh V.E.Shelford, ahli ekologi yang mempelajari jaring-jaring makanan kompleks.

Relung ekologis beberapa organisme itu relatif luas. Burung elang dapat mengubah dietnya sesuai dengan banyaknya beberapa jenis hewan yang dapat dijadikan mangsanya. Sebaliknya relung kumbang buah kapas terlalu sempit makan tanaman kapas. Jika tidak ada tanaman kapas, maka tidak terdapat pula kumbang kapas. Adanya beberapa relung yang sama diberbagai tempat di dunia membantu menjelaskan fenomena evolusi konvergen. Kuskus terbang dan wombat di Australia menghuni suatu relung yang di Amerika Utara dihuni oleh bajing terbang dan sejenis marmot (woodchuck). Sementara relung-relung banyak spesies hewan di suatu komunitas tumpang tindih, mungkin saja tidak akan ada dua spesies yang menempati relung yang benar-benar sama di tempat yang sama pula. jika ini terjadi, maka dapat diduga bahwa satu spesies akan lebih efisien dalam memanfaatkan relung tersebut dari spesies yang lain dan akhirnya akan menggantikan spesies yang kurang efisien tadi.
Azas penyisihan bersaing ini tidak selamanya berlaku. Sebagai contoh, dua spesies insekta menghuni relung yang sama tetapi faktor lain (cuaca, parisitisme, pemangsaan) dapat begitu buruk, sehingga kedua populasi tersebut tidak ada yang dapat menjadi besar untuk mengurangi persediaan makanan. Akan tetapi, pada umumnya, penelitian yang seksama mengenai kebiasaan makan dua spesies yang menempati relung yang sama mengungkapkan adanya perbedaan-perbedaan. Sementara dari tiga burung finch Darwins, Geospiza magnirotris, G. Fortis dan G. Fuliginosa makan makanan yang sama dalam jumlah tertentu, masing-masing juga biji-bijian dengan ukuran yang bisanya tidak dimakan oleh yang lain.
Kapasitas lingkungan yang terbatas untuk menyediakan energi memberi batasan yang absolut terhadap ukuran populasi. Akan tetapi, batasan ini dalam keadaan alamiah tidak pernah dapat dicapai. Tiap sumber makanan dimanfaatkan oleh lebih dari satu spesies. Belalang, kelinci, dan sapi, semuanya bersaing untuk mendapatkan rumput yang ada. Dengan kata lain, kehadiran kelinci mengurangi daya dukung lingkungan, yaitu kelinci, untuk sapi, belalang. Kedua hewan ini pada gilirannya, untuk kelinci dan untuk diri masing-masing. Jadi populasi mereka terkendali oleh persaingan di antara mereka. Dalam keadaan demikian, kita dapat menghargai bahwa tiap sifat yang diturunkan yang mengurangi kekerasan persaingan antarspesies akan melalui seleksi alamiah, cenderung untuk menetap di dalam populasi. Yang biasanya dihasilkan adalah evolusi adaptasi yang meningkatkan efisiensi makan pada spesies itu. Persaingan yang sengit antara dua dari burung finch Darwin, Camarhynchus pauper dan C. Psittacula demi biji dengan ukuran tertentu untuk dimakan, berakibat evolusi bersifat mengarah yang kuat. Hasilnya adalah pergantian ciri dan dengan demikian pengurangan dalam derajat ketumpang tindihan kedua relung mereka sehingga kedua spesies itu sekarang dapat hidup berdampingan.
Akan tetapi, peningkatan efisiensi makan disertai dengan peningkatan spesialisasi dan hasilnya adalah hewan relung tiap spesies menjadi semakin sempit. Kumbang buah kapas dan ngengat dengan belalai panjangnya 25 cm, masing-masing merupakan contoh dari spesialisasi makan yang ekstrim. Relung mereka sempit, tetapi mereka dapat memanfaatkan lebih efisien dari saingannya.
Tumbuhan juga selalu bersaing dengan tumbuhan lain untuk sinar matahari, tanah, air, dan mineral. Untuk mendapatkannya, terdapat banyak adaptasi khusus yang dipakai oleh tumbuhan untuk mengurangi persaingan antarspesies. Spesies dengan sistem akar dangkal mampu berdampingan dengan speies berakar dalam karena masing-masing menyerap di kedalaman yang berlainan. Benih dari spesies yang tahan naungan dapat gagal untuk berkecambah di tempat yang terang karena di situ mereka akan kalah bersaing, dan demikian pula benih spesies yang tak tahan naungan tidak akan berkembang dengan baik di tempat yang banyak naungannya. Di gurun pasir, daun semak rapuh (brettlebush) yang gugur meninggalkan racun di tanah yang menyebabkan tumbuhan lain menjauh. Evolusi epifitisme, tumbuhan liana, dan (pada banyak tumbuhan perdu) pertumbuhan sebelum pohon-pohon hutan berdaun penuh, merupakan adaptasi agar dapat bersaing secara lebih efektif untuk sinar matahari.
[1]Organisme yang dapt melakukan perkawinan dan menghasilkan keturunan fertile, yaitu keturunan yang mampu berkembang biak.

Konsep dari niche ekologi adalah salah satu yang penting, hal ini membantu kita untuk memahami bagaimana organisme di suatu ekosistem berinteraksi satu sama lain. Konsep ini digambarkan oleh Odum sebagai berikut:
Relung ekologi suatu organisme tergantung tidak hanya pada tempat tinggalnya, tetapi juga pada apa yang dilakukannya. Dengan analogi, dapat dikatakan bahwa habitat adalah "alamat" organisme, dan niche adalah "nya" profesi, biologis berbicara.









2 komentar:

  1. Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
    Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kbagi.com untuk info selengkapnya.

    Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)

    BalasHapus
  2. Bagus tulisannya mas. boleh dicantumkan referensi data dalam tulisannya?

    BalasHapus